Tiba-tiba perasaan yang aneh hinggap di alam pikiran Joko. " Nona Raisa itu istrinya mas Arman atau bukan ya..,? kalau memang istrinya, kok malah gak bisa masuk ke rumahnya Mas Arman..??"
     Keesokan harinya, Mak Romlah datang ke kamar kos Joko. Menawarkan pekerjaan yang sama untuknya. Menjadi tukang ojek bagi Mak Romlah, mengantarkan ke pasar sambil membawa dua karung singkong atau hasil kebun lainnya. Meskipun memiliki sepeda motor, Mak Romlah tidak bisa mengendarainya. Lagian sepeda motor itu sudah lumayan tua. Harus diengkol berkali-kali. Lumayan bagi Joko bisa mendapatkan penghasilan untuk sementara ini, antar jemput Mak Romlah.
"Hei Joko, nona Raisa itu siapanya bos Arman ya ?" bisik Mak Romlah penasaran.
" Wah aku gak tau juga ya Mak, istrinya mungkin.." sahut Joko.
" Ah masa sih Ko, kalau istrinya ko malah gak tau tentang suaminya...lagian setau Mak, bos Arman tuh masih lajang kok, belum punya istri."
Joko hanya mengiyakan saja, dia juga masih menyimpan tanda tanya tentang siapa sebenarnya perempuan cantik yang bernama Raisa.
     Joko sedang bermain kartu seorang diri. Solitaire. Tiba-tiba Arman berdiri di depan pintu kamarnya yang sengaja dibuka. Joko terhenyak, " mati aku, pasti dia menagih duit kontrakan," Joko langsung merasa jantungnya mau lepas.
" Joko, boleh aku gabung ? tanya Arman. "Masa kamu main kartu sendirian, lagian aku sudah lama gak main kartu," lanjut Arman yang langsung membuat Joko melepaskan napasnya yang tertahan beberapa detik. Lega meskipun belum sepenuhnya, karena uang kontrakan yang belum terbayarkan.
" Ohh..silakan mas Arman, ayo masuk.." Joko menyilakan Arman tanpa bisa menyembunyikan rasa gugupnya.
Arman Subagyo, pemilik kos-kosan empat pintu. Orangnya lumayan ramah meskipun sekali-kali terlihat dingin. Tinggi, putih, dan ganteng.
" Tapi ..hmm..aduh maaf loh Mas Arman, sayaa...."