" Ah belum kok Mak, ini kan malam panjang, malam tahun baru," Joko seakan membela diri.
" Aduh, cowok seganteng kamu, apa gak ada gandengan buat tahun baruan...? Mak Romlah sengaja menggoda Joko. Joko tergelak, mukanya memerah. Mak Romlah sengaja mempermalukannya di depan perempuan cantik ini.
     Di dalam kamar kontrakan Joko, Mak Romlah duduk bersila di atas selembar tikar, maklum lah Joko tidak memiliki kursi. Lagipula kamarnya sempit, hanya cukup untuk sebuah ranjang dan lemari satu pintu. Sementara si perempuan itu masih berdiri. Barangkali dia tidak bisa duduk di lantai karena mengenakan rok pendek selutut.
" Begini loh Ko, ini nona Raisa. Dia datang dari Jakarta, mau nemui bos Arman," terang Mak Romlah. Joko hanya mengangguk-ngangguk saja, sesekali ia coba mencuri pandang ke perempuan itu. Cantik paripurna.
" Ternyata bos Arman gak ada di rumah, belum pulang.. jadi gimana kalau non Raisa ini numpang sebentar di sini, sambil nungguin bos Arman."
Usul Mak Romlah membuat Joko berpikir dua kali untuk menerimanya atau justru menolaknya dengan halus ?
Hampir separuh lebih malam pergantian tahun kali ini akhirnya dinikmati Joko bersama nona Raisa.
Rasa canggung berhadapan dengan perempuan cantik yang hampir tak pernah dialaminya perlahan mulai mencair. Suasana malam itu menjadi hangat. Nona Raisa sangat santun dan ramah walaupun ia kerap kali kerepotan mengatur cara duduknya di atas tikar.
     Pukul setengah tiga dini hari, akhirnya nona Raisa dapat bertemu Arman . Joko mengantarnya sampai di mulut gang. Arman langsung memeluk Raisa.
" Beruntungnya mas Arman memiliki istri secantik nona Raisa," pikir Joko. " Ah sedangkan aku? Jangankan istri, pacar pun belum ada..." sesal Joko dalam hati.
Joko kembali ke kamar kosnya, berharap dalam tidurnya mimpi bertemu perempuan secantik nona Raisa. Joko senyum-senyum sendiri.