Aktivitas ini memberi pengalaman langsung bahwa Pancasila bukan sekadar kata-kata, tetapi dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Refleksi: Mengendapkan Makna
Tahap terakhir, refleksi, adalah jantung pembelajaran mendalam. Siswa diajak merenungkan kembali pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya.
Guru bisa menggunakan jurnal refleksi, tanya jawab terbuka, atau forum berbagi pengalaman. Misalnya:
- "Bagaimana perasaanmu setelah bergotong royong hari ini?"
- "Apa makna persatuan bagimu ketika bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakang?"
- "Apa yang akan kamu lakukan jika ada teman yang bersikap tidak adil?"
Refleksi membantu siswa menyatukan pemahaman dan pengalaman ke dalam kesadaran pribadi.
Asesmen dalam Pembelajaran Mendalam
Salah satu tantangan terbesar bagi guru dalam menerapkan pembelajaran mendalam adalah bagaimana menilai. Penilaian tradisional biasanya hanya menekankan pada tes tulis, hafalan, atau pilihan ganda. Padahal, dalam Pendidikan Pancasila, yang terpenting adalah sikap, tindakan, dan kesadaran.
Oleh karena itu, asesmen pembelajaran mendalam sebaiknya menggunakan pendekatan asesmen autentik, misalnya:
- Portofolio -- Kumpulan catatan siswa, foto kegiatan, jurnal refleksi, atau laporan proyek.
- Observasi Sikap -- Guru menilai keaktifan, kejujuran, sikap kerja sama, dan kepedulian sosial siswa dalam berbagai aktivitas.
- Penilaian Diri dan Teman Sebaya -- Siswa menilai dirinya sendiri dan temannya dalam hal partisipasi, sikap gotong royong, atau kejujuran.
- Rubrik Refleksi -- Refleksi siswa dinilai berdasarkan kedalaman, kejujuran, dan makna yang muncul, bukan sekadar panjang tulisan.
Dengan asesmen seperti ini, pendidikan Pancasila benar-benar mengukur apa yang penting: bagaimana nilai Pancasila hidup dalam keseharian siswa.
Tantangan dan Alternatif Solusi
Implementasi pembelajaran mendalam tentu tidak tanpa hambatan. Beberapa tantangan yang sering dihadapi guru antara lain:
- Budaya hafalan yang mengakar. Banyak guru dan siswa terbiasa dengan model hafalan cepat, sehingga sulit berpindah ke model reflektif.
- Solusi: Guru perlu memulai perubahan secara bertahap, misalnya tetap memberikan materi dasar untuk dihafalkan, tetapi langsung diikuti dengan diskusi makna dan aplikasi.
- Keterbatasan waktu. Kurikulum padat sering membuat guru merasa tidak sempat melakukan pembelajaran mendalam.
- Solusi: Integrasikan nilai Pancasila ke dalam kegiatan rutin kelas. Misalnya, saat piket kelas bisa dijadikan ajang belajar gotong royong. Tidak selalu harus ada "jam khusus".