Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Author

Mahéng menulis di berbagai platform. Di Kompasiana, ia belajar menguleni isu-isu berat dengan adonan humor, kadang matang, sesekali gosong, adakalanya garing, dan nggak jarang absurd, persis seperti hidupnya sendiri. Intip X/IG @iamaheng.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pelajaran dari Balik Jamban: Koeksistensi Manusia dan Orangutan di Kalimantan

9 September 2025   21:15 Diperbarui: 9 September 2025   21:15 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susi bersama bayinya yang bernama Sinar di dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Tarak. (Sumber: Rudiansyah/IAR Indonesia)

Suara petani yang kebunnya dimasuki orangutan, atau suara orangutan yang hutan rumahnya sudah habis. 

Pertengkaran manusia dan satwa ini jarang sekali dibawa ke meja rapat. Yang ramai justru debat soal tunjangan, atau anggaran perjalanan dinas yang berakhir dengan plesiran.

Koridor, Literasi, dan Speak for the Species 

Kalau orangutan dan manusia sama-sama lapar, berarti butuh jalan keluar biar nggak terus-terusan rebutan kursi. 

Para peneliti dan pegiat konservasi sudah lama mendorong pembuatan koridor satwa di lahan sawit dan pemulihan sempadan sungai.

Idenya sederhana, orangutan bisa jalan dari satu hutan ke hutan lain tanpa harus mampir ke kebun warga. Itu mirip jalur busway, cuma kali ini penggunanya orangutan. Nggak perlu nunggu lampu merah, nggak perlu masuk jalan tikus, tinggal lewat lorong pohon yang sudah disiapkan. 

Sebuah riset berjudul Habitat Suitability Models Of Bornean Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus Linn, 1760) In Wildlife Corridor, Kapuas Hulu, West Kalimantan menemukan bahwa lorong pohon di tepian sungai punya peluang hampir 50 persen dipakai orangutan sebagai jalur lewat.

Tim riset bilang, koridor satwa itu semacam aplikasi navigasi yang otomatis mengarahkan ke rute paling aman. Kalau manusia punya Google Maps, orangutan punya daun maps bawaan alam.  

Masalahnya, bikin koridor nggak semudah di iklan biskuit. Diputar, dijilat, dicelupin, beres. Kalau cuma diputar-putar, masih ada yang bisa menjilat atau ada yang nggak setuju dicelupin.

Pemulihan hutan butuh upaya lebih dari itu, termasuk komitmen perusahaan, pekerja, juga warga.

Sebab itu saya sempat mikir, orangutan ini kan nggak pernah bikin konferensi pers atau nulis esai panjang di Kompasiana buat jelasin posisinya, apalagi ngotot minta koridor satwa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun