Mohon tunggu...
Hestri Parahest
Hestri Parahest Mohon Tunggu... hobi menulis

coretan si miskin diksi dan intuisi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Celoteh Kampung Udara

21 Agustus 2025   08:49 Diperbarui: 21 Agustus 2025   08:49 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber : Canva Pro)

Gumpalan awan pekat mencairkan kristal esnya, dan  jatuhlah air hujan yang sejuk menyapu hawa panas akibat terik mentari. Sorak gempita terdengar dari kampung udara sebagai tempat pertama air hujan berlalu. Para gerombolan kampung berseluncuran seirama dengan kecepatan turunnya air hujan menuju finish di kampung bawah sana. Nito, si gas nitrogen penghuni terbanyak di kampung udara, hanya bisa geleng kepala. Sorot matanya gemas melihat Sofi dan gerombolannya berseluncur sambil terkikik.

"Sofiii.. gerombolanmu jangan banyak-banyak yang seluncuran! Kalian bikin karat di kampung bawah!" teriak Nito.

"Iyaa iyaa.. aku nggak banyak!" balas Sofi seraya meluncur dan berhenti menghampiri Nito. "Lagian, kampung bawah juga yang bikin aku disini," sambungnya. Wajah Sofi si sulfur dioksida mulai muram diliput rasa bersalah.

Arga si gas argon yang dari tadi memperhatikan mereka, ikut mendekat. "Masalah perkaratan di kampung bawah bukan salah Sofi aja Nit, buanyak yang jadi biang keroknya! Noh, si Nida sepupu elu juga sama, biang karat!" timpal Arga menggerakkan dagunya ke arah Nida si nitrogen oksida, yang sedang bermain hujan di ujung sana.

Tiba-tiba Ossi si oksigen berteriak sambil menunjuk ke bawah, "Teman-teman, lihat! Ada yang menangkapi air hujan di bawah sana!"

Pandangan Nito, Sofi, dan Arga serentak beralih ke arah yang ditunjuk Ossi. Mata mereka tertuju pada benda-benda di kampung bawah yang tak biasanya mereka kitari. Ada pipa-pipa yang terhubung ke tangki besar, ada tangki raksasa bermulut corong menganga ke atas, dan ada juga drum-drum di area perumahan.

"Apa yang terjadi di kampung bawah? Kenapa mereka menangkapi air hujan?" tanya Nito diliput heran dan penasaran.

Baca juga: Pesan Tak Sampai

"Padahal, biasanya mereka paling nggak percaya sama air hujan loh, apalagi air hujannya habis melewati kampung kita, " timpal Sofi terheran bukan kepalang.

"Iya, betul. Mereka lebih percaya dengan air hujan yang tinggal di kampung tanah," sahut Arga sepemikiran dengan Sofi.

"Apa air hujan yang tinggal di kampung tanah sudah mulai habis ya?" gumam Ossi.

"Mungkin," jawab Nito belum melepas penglihatannya dari pipa yang menghubungkan tangki dan talang bangunan.

Tiba-tiba Kardi dan gerombolannya muncul mendekat. "Aku sering nongkrong di kampung bawah. Pintu-pintu masuk ke kampung tanah udah banyak yang tertutup, " jelas Kardi si karbondioksida. "Pesat sekali pembangunan di sana," sambungnya.

"Betul, aku juga lihat, hutan-hutan banyak berubah jadi rumah-rumah," sahut Ossi.

"Pantesan, waktu aku keluar dari knalpot di depan pertokoan, aku pernah lihat si Jetty udah jadi meja ukir di toko mebel, udah nggak tinggal di hutan lagi," ujar Sofi.

"Kasihan si Jetty, dilema dia. Bingung pilih toko mebel, atau di hutan sambil mengering pelan-pelan akibat pergeseran iklim," kata Kardi.

Tak lama kemudian hujanpun mereda. Awan gelap mulai memudar, memberikan jalan cahaya untuk kembali meradiasi.

"Kardi, gerombolanmu jangan lama-lama ngumpul di sini. Nanti kampung bawah jadi serasa panas ketutupan kaca! Udah, bubar bubar..! Bubar semua!!" seru Nito.

Dan kembalilah mereka semua pada pergerakan dan siklus masing-masing.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun