"Maksud Bapak?"
"Iya, maksud saya. Pulanglah ke Jogja, temui Ibumu. Jangan ditunda lagi, saya rindu sekali masa-masa ketika Ibu dan Ayah saya menyuruh saya untuk pulang."
"Bapak sendiri disini ngapain?"
"Sekarang saya menjadi seperti Ibumu, yang menunggu anaknya pulang dari tanah rantau. Saya hendak menunggu anak saya yang pulang dari Jakarta, dia bekerja disana dan saya selalu menantikannya untuk pulang setiap libur lebaran," ucap Bapak tua itu dengan tatapan kosong ke depan.Â
Tiba-tiba Rendi tersadar dengan ucapan bapak itu. Hatinya terasa mencelos, membayangkan bagaimana Ibunya menunggunya dirumah dengan cemas dan rindu, apalagi sudah dua tahun dia tidak bertemu.Â
"Terima kasih banyak ya, Pak nasihatnya. Saya mau balik dulu pulang ke Jogja."
"Siap, hati hati ya, Nak. Manfaatkanlah waktu yang ada, jangan tunda lagi waktumu untuk pulang."
Hari ini Rendi tidak sahur dan waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Seharusnya dia bisa sampai pukul 06.00 pagi tadi di Jogja, tapi karena kelalaiannya dia jadi seperti ini. Rendi membeli tiket menuju Jogja di loket. Kemudian dia naik ke dalam kereta. Perjalanan menuju Jogja hanya memakan waktu satu jam. Sampai di Stasiun Tugu Jogja, Rendi langsung memeasan ojek online untuk menuju ke rumahnya. Kopernya tidak terlalu besar, sehingga bisa diletakkan di tengah antara bapak ojol dan dirinya.
Rendi tiba di rumahnya yang tampak sama seperti dua tahun lalu. Rumah sederhana bercat cokelat dengan pekarangan kecil, dilengkapi dengan pohon mangga tua yang cabangnya menjulur ke atas. Pohon itu tampak sedang berbuah, buahnya besar dan ranum, seakan menyambutnya kembali. Beda kondisinya saat Rendi meninggalkan rumah ini dua tahun lalu. Waktu itu, pohon ini masih kosong, tak ada satu pun buah yang menggantung di rantingnya.Â
Jantung Rendi terasa berdegup dengan kencang. Dahinya mengeluarkan keringat, tanda dia gerogi dan bingung. Kedua telapak tangannya tampak basah juga. Dua tahun lamanya dia menghindari ini, tapi pada akhirnya dia pulang juga. Rendi mengangkat tangan kanannya, hendak mengetuk pintu rumah. Tok... tok... tok...Â
Hening, tidak ada yang menjawab. Rendi mengigit bibir, hatinya makin berdebar tak karuan. Apakah Ibunya masih tidur? Ataukah Ibunya akan kaget melihat dirinya pulang tanpa memberi kabar? Tak lama, pintu dibuka dengan pelan. Kreek... Tampak ibunya yang berumur 50 tahun itu menggunakan jilbab warna putih dan terusan bermotif bunga. Wajah ibunya langsung kaget, ketika dia tahu siapa yang ada didepannya. Dua matanya membulat, dan bibirnya sedikit terangkat.Â