Mohon tunggu...
Hanifah Nurul Auliya
Hanifah Nurul Auliya Mohon Tunggu... Creative Writer

Pemuda yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Tiket Rindu Menuju Yogyakarta

22 Maret 2025   13:38 Diperbarui: 16 April 2025   11:19 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pinterest/auntenticblue

***

"Kereta telah tiba di Stasiun Solo Balapan. Kepada para penumpang yang akan turun, dipersilakan untuk segera meninggalkan kereta. Pastikan tidak ada barang yang tertinggal. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada PT Kereta Api Indonesia"

Rendi mengerjapkan kedua matanya. Dia bangun dan terkaget mendengar pengumuaman itu. Dia melihat sekeliling, orang di bangku masih ramai. Tapi, Ajeng sudah tidak ada di depan matanya. Kenapa pengumannya di Solo? Rendi bertanya pada orang yang duduk di samping bangkunya dan benar saja, dia sampai di Stasiun Solo Balapan. Rendi benar-benar terlewat dari stasiun tujuan akhirnya, Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Kenapa Ajeng tidak membangunkannya?

Rendi panik dan segera mengambil koper. Waktu berhenti di stasiun ini tidaklah lama, dia segera turun dan keluar. Rendi menghirup udara pagi dan memegang keningnya, kenapa dia bisa terlewat seperti ini!? Dia duduk sebentar di kursi stasiun dan memikirkan bagaimana caranya untuk pulang. Rendi sampai berfikir, apa memang dia tidak ditakdirkan untuk pulang? 

"Nak, kenapa kamu tampak bingung?" Tiba-tiba seorang bapak tua berumur enam puluh tahun keatas menghampirinya yang sedang duduk sendirian. 

"Nggg... hmmm ini Pak, saya kelewatan stasiun. Seharusnya saya tiba di Jogja, tapi malah turun di Solo." 

"Lho ya bagus dong, bisa mampir jalan-jalan dulu di Solo." Bapak tua itu membenarkan kacamatanya dan tertawa lebar.

Rendi bingung, harusnya Bapak di sampingnya ini bisa membantunya. Malah, memberikan saran yang tidak bermanfaat untuknya.

"Di Jogja ada orang yang nunggu, ya?"

"Iya, Pak. Ibu Saya."

"Baguslah, masih ada yang nunggu. Kamu jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan ini, Nak. Dulu saya juga hobinya pergi dari rumah, merantau jauh sampai lupa kalau ada orang yang menunggu. Sampai saya tiba-tiba menyesal, karena saat saya balik ke rumah. Orang-orangnya sudah beda, tidak ada lagi yang mencari saya." cerita Bapak tua itu ambigu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun