"Aku masih setengah hati untuk melakukan ini, Chan."
"Aku yakin, kamu juga rindu ibumu. Kamu harus tahu, dia pasti rindu kepadamu. Meskipun dia sudah punya keluarga baru."
Akhirnya, Rendi memesan tiket kereta pulang ke Jogja saat itu juga. Hatinya masih terasa kacau saat menekan tombol pemesanan, seolah ada sesuatu yang belum dia yakini sepenuhnya. Beruntung, tiket masih tersedia, meski harganya cukup mahal. Pesan dari Ayahnya sepulang kuliah tadi yang memintanya untuk pulang ke Jogja, justru menjadi dorongan terbesar baginya untuk akhirnya mengambil keputusan
"Terima kasih banyak ya Chan nasihatnya. Aku sudah beli tiketnya."
***
Rendi buka puasa di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Ini adalah hari ke-27 ramadhan. Dia memakan kotak bekalnya dari kos di bangku tunggu Stasiun Pasar Senen. Suasana stasiun terasa sangat sesak dan ramai, dengan nuansa arus mudik lebaran tahun 2025. Keretanya ke Jogja akan berangkat pada pukul 19.00.Â
Rendi masuk ke gerbong kereta. Dia meletakkan kopernya di tempat penyimpanan barang, dan membawa tas ranselnya ke tempat duduk bernomor 24D. Tempat duduknya dekat dengan jendela. Suara berisik mesin kereta mulai menyala dan kereta berjalan menuju Jogja dengan durasi 9 jam.Â
Saat kereta berhenti di sebuah stasiun, seorang gadis cantik duduk di kursi seberang Rendi. Usianya tampak sepantaran dengannya, berhidung mancung, dengan rambut sebahu dan tubuh yang terlihat ideal. Wangi parfumnya begitu kuat, manis, dan melekat. Hingga Rendi tanpa sadar menghirup aromanya. Daripada larut dalam pikirannya yang kalut tentang pertemuan dengan Ibu dan suami barunya nanti, Rendi memutuskan untuk mengajak gadis di depannya mengobrol.
"Halo, salam kenal. Aku Rendi," ucap Rendi ramah dengan senyuman.
"Hai, Rendi. Namaku Ajeng," balas gadis itu dengan senyuman sambil menyambut uluran tangan Rendi.Â
Senyuman Ajeng itu sangat manis, sampai-sampai membuat Rendi lupa kalau tujuannya adalah ke Yogyakarta, bukan menyelam dalam dua bola mata Ajeng yang meneduhkan.Â