Mohon tunggu...
Hamid Anwar
Hamid Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - PNS Kelurahan

Pegawai kantor yang santai, sambil mengelola blog pribadi http://hamidanwar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengantar Pulang ke Alam Gaib

29 Oktober 2019   08:20 Diperbarui: 29 Oktober 2019   08:25 8788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, sumber: mimbar-rakyat.com

"sek, baline nunggu jam rolas ben luwes wong malem minggu"

(sebentar, pulangnya nunggu jam 12 biar pantes karena malam minggu), ujarnya sambil melihat jam di HP yang waktu itu masih ada keypad-nya.

Masih kurang 15 menit lagi untuk tengah malam, dan kita lanjut lagi ngobrolnya di tengah keheningan yg meliputi teras rumahku karena anak-anak nongkrong di pertigaan samping kiri rumahku juga sudah pada bubar. Biasanya pindah ke warung sambil ngopi atau main kartu.

Ketika dia melihat lagi jam di HP-nya telah jam 12 lebih dia pamit untuk pulang dan disinilah aku baru merasakan ada yg aneh darinya. Dengan wajah datarnya dia bilang

"Aku tak bali lewat dalan elor wae, pisan-pisan njajal."

(Aku pulangnya lewat jalan utara saja, sesekali cobain).

Jalan utara adalah jalan utama yang ada pohon beringin separuh itu. Dia adalah tipe orang yang mudah tertawa bahkan saat dia cerita serius ataupun horror ujung-ujungnya ya tertawa, anehnya malam itu habis ngobrol sambil ketawa2 langsung berubah datar ketika melihat jam dan ngomong pamit. Soal perubahan wajah aku hanya sekilas saja merasa aneh dan gak aku pikir juga, pikirku ngantuk kali tuh anak.

Mudu mulai berjalan menjauh dari teras rumahku dan aku sengaja melihatnya ternyata benar dia tidak berbelok melewati jalan kecil antara rumah warga melainkan lurus menyusuri jalan utama itu. Padahal aku sudah siap-siap teriak kalau dia akhirnya belok ke jalan rumah warga bakalan aku teriakin kalau aslinya dia takut lewat jalan itu. Tubuh semi gemuk dan kepala bulatnya mulai hilang ditelan gelapnya jalan itu yang memang ada sepetak kebun dengan pohon yang lumayan rimbun sekitar 100 meter dari rumahku.

Yaudah biarin ajalah pikirku sambil berbalik ke kursi tempat nongkrong tadi untuk membereskan gelas dan sisa-sisa makanan yang dia bawa tadi karena masih ada sisa di bungkus plastik kiloan. Ketika aku sudah mau masuk rumah sambil memegangi nampan berisi gelas-gelas tadi sempat sesaat memandangi ke arah jalan yang dilewati Mudu tadi terlintas di pikiranku kok tumben-tumbennya dia sengaja lewat situ malam-malam gini, sementara seumur-umur dia tidak pernah mau lewat situ sepulang dari sini kalau sudah malam.

Dan dia sering sengaja ke sini jalan kaki agar pulangnya bisa lewat jalan tengah tanpa harus melewati pohon itu. Waktu itu juga aku gak terus khawatir lalu mendoakan semoga dia gak kenapa-kenapa, terserah luu deh pikirku waktu itu sambil masuk rumah pakai kaki buat muter handel pintu karena tanganku harus megang nampan isi gelas.

Setelah sikat gigi dan cuci muka pastinya langsung tidur, gak main HP seperti jaman sekarang ini yang sudah android dan memang banyak entertainment jg di dalemnya. Tidur tanpa kepikiran soal anak orang bernama Mudu tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun