"Orang baik kenapa selalu cepat mati, ya?"
"Mungkin sudah takdirnya begitu."
"Makanya kita jangan baik supaya tidak cepat mati seperti dia."
" Ssssst!"
Lagu duka dan irama isak melantun perlahan, berayun-ayun di ranting-ranting kamboja. Kuikuti akhir prosesi pemakaman sambil mengingat kejadian satu minggu sebelumnya.
***
Terserah kautentang sikapku ini, Kawan. Terserah kausebut aku psikopat. Namun psikopat melawan psikopat, 'kan, tepat, Kawan?
Siapa pun bisa beralasan untuk seolah-olah. Aku hidup bukanlah seolah-olah baru kemarin sore. Aku keluar-masuk kantor sini dan kantor sana bukanlah seolah-olah baru satu kali.
Aku bisa seolah-olah mau mengurusi sesuatu, menanyakan kewajiban administrasi, dan seterusnya di kantor-kantor. Aku hanya ingin melihat suasana di setiap kantor yang kudatangi.
Mobil-mobil mulus-mengilap berjejer di area parkir. Dua laki-laki sedang ngobrol dengan wajah-wajah cerah di antara dua mobil sedan. Seorang laki-laki berseragam safari keluar sambil membawa beberapa map. Sebuah mobil keluaran terbaru berkaca gelap pun masuk.
Pemandangan luar yang biasa kutemui, Kawan. Tidak ada yang baru. Dan, biasa pula ketika aku masuk ke gedung perkantoran mereka.