Mohon tunggu...
Miftahul Aziz
Miftahul Aziz Mohon Tunggu... Penantian Kehidupan Adalah Kematian

Saya anak bungsu dari pasangan Muhammad Ahid dan Siti Makmuroh, pasangan sehidup semati yang mengucap janjinya sebelum saya lahir

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Paring Jeneng Kasman

26 Februari 2025   15:52 Diperbarui: 26 Februari 2025   15:51 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

PARING JENENG KASMAN

            Alam Semesta dalam khazanah jawa tercipta dari cucuran keringat Nur Muhammad mana kala Nur Muhammad penasaran dengan wujud nya sendiri kemudian Allah Gusti pangeran memberikan Kaca Wirangan Kepada Nur Muhammad. Masyarakat Jawa mengenalnya dengan Istilah Muhammad Sarira. Muhammad sarira biasa nya di ukir pada kijingan makam serta saka guru masjid – masjid lama atau rumah – rumah orang jawa dulu yang kita kenal dengan sebutan rumah joglo.

            Manusia senantiasa memanfaat kan Alam untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam memanfaatkan alam ini ada ketentuan – ketentuan yang harus di patuhi. Tujuan nya adalah agar alam ini tetap terjaga, sehingga alam tetap memberikan kehidupan dan penghidupan kepada kita serta terhindar dari mahapralaya.

Ribuan Malaikat turun ke bumi berwujudkan Kabut pekat menutupi cahaya lampu yang menerangi jalan, di pagi buta mulai terdengar suara kehidupan masyarakat desa mengawali aktivitas. Hampir 80 % masayarakat tempat tinggalku bermata pencaharian sebagai seorang petani, ada pula yang berdagang, atau menjadi kuli pabrik. Sebelum bekerja mereka terlebih dahulu kesurau untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim untuk sembahyang subuh berjama’ah.

Diwaktu yang sama datanglah seorang laki – laki tua memegang tongkat galih kayu jati sebagai tumpuan untuk jalan. Lelaki tua itu bernama Kasman orangnya Sedang, rambutnya ikal bermahkotakan uban sampai kumis dan jenggotnya. Kulitnya yang sudah mengkriput menunjukan bahwa usia nya tak lagi muda. Pipa tulang Kambing serta tembakau mole menjadi teman setia dimanapun ia berada .

Ketika berjalan, ia pun sering melantunkan sebuah syair yang blakangan di ketahui bahwa itu adalah salah satu syair karya Raden Ngabehi Ranggawarsita yang fenomal. Kurang lebih bentuk syairnya seperti ini :

Ya Allah ya Rasulullah, 

kang sipat murah lan asih, 

mugi-mugi aparinga, 

pitulung ingkang martani. 

Ing alam awal akhir, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun