"Hehehe. Sekali lagi, gue 'Temen Kaya' elu, Tan. Gue pingin lu eksplorasi hal yang bener-bener lu suka."
"Jadi pemain bola? Umurku sudah 30 tahun, Bed. Mau jadi pelatih? Juga butuh lisensi."
"Ya gue belum tau jawabannya, Tan. Biar nanti jawabannya lu dapetin di lapangan futsal. Satu nasihat awal gue, mulailah mengejar hal yang menjadi passion mu. Oke?"
Setelah mengiyakan ajakan temanku ini, kami pun saling memberikan "tos semangat". Tak lupa ia menitipkan salam kepada Siska, dan aku pun berpamitan.
Sembari berjalan ke Gedung Spazio, perasaan yang aku dapatkan cukup bertolak-belakang dengan penolakan atas pinjaman uang sepuluh juta tadi. Entah mengapa malah senyum gembira yang tersungging di wajahku.
Ini bukan karena aku bertemu seorang teman lama yang enak di ajak ngobrol. Bukan pula tentang kopi susu nikmat yang ditraktirnya tadi.
Tapi karena aku membayangkan berada di atas lapangan lagi, bermain bola, futsal. Sejak istriku hamil anak kedua, sudah dua tahun lebih aku tidak menyentuh bola.Â
Semoga saja sepatu futsal-ku masih bisa dipakai. Dan terutama, semoga kostum hitam bernomor punggung 25 yang mungkin terselip di tumpukan pakaian bagian paling bawah bisa kutemukan untuk dicuci.
Karena di atas dua nomor itulah tertulis jelas namaku, Nathan Asoka.
(... bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI