Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature

Menulis karena dunia terlalu serius untuk ditanggapi tanpa satire dan terlalu getir untuk ditinggal diam.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Daun yang Lupa Jatuh

12 Agustus 2025   10:02 Diperbarui: 24 Agustus 2025   13:53 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Puisi Daun yang Lupa Jatuh. Sumber: Freepik.com/Freepik

Pohon-pohon lain mulai merelakan.
Daun-daunnya turun pelan
seperti pensiunan yang akhirnya
paham: tak perlu ikut rapat lagi.

Tapi kau,
daun yang kecil dan keras kepala itu,
masih menggigil di ujung ranting.
Masih menolak jatuh
padahal angin sudah
tiga kali bersiul putus asa.

"Kau tunggu apa?" tanya ranting.
"Kepastian," jawabmu pelan.
"Kau tunggu siapa?" desak batang.
"Dia yang dulu pernah bilang:
aku tak akan pergi sebelum kamu."

Baca juga: Pintu Keluar yang Berputar ke Dalam

Ah, cinta memang begitu.
Sering membuat kita tinggal
di tempat yang seharusnya
sudah menjadi tanggal.

Daun lain sudah jadi tanah.
Jadi puisi.
Jadi pelajaran IPA.
Kau masih saja menggantung
seperti status lama yang tak kunjung dihapus,
karena ada satu foto
yang terlalu susah untuk dibenci.

Angin datang lagi.
Lebih lembut dari sebelumnya.
Meniupmu sambil berkata,
"Kalau bukan jatuh,
mau kau apakan perasaan itu?"

Baca juga: Surat Cinta yang Ditulis dengan Pensil Mata

Dan kau pun bergoyang
sedikit,
sedikit,
lalu diam lagi.

2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun