Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pengertian yang Tak Mudah

15 Januari 2023   11:53 Diperbarui: 1 Februari 2023   23:13 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu sakit?" tanya Guru SMP-ku. Aku menggeleng.

"Dia gak sekolah lagi," sahut Mama datar. Semua kaget. Termasuk aku. Diam saja.

"Motor sudah saya jual. Gak ada yang mengantar lagi," lanjut Mama.

Mama tentu tak sekadar mengatakan aku tak sekolah lagi karena tak ada motor. Ada bayang-bayang makna lain yang muncul dari pernyataannya.

Guru tidak mengerti. Tidak mengerti pula, bahwa jika Mama sudah berpendirian, tak ada yang bisa meluluhkannya apa lagi mematahkannya. Maka Guru sebagaimana guru-guru lain, tentu memprotes Mama lalu berceramah klise. Pendidikan itu penting. Sementara Guru lupa, bahwa berjuang mengisi perut jauh lebih penting. Itulah yang dikatakan Mama.

"Bisa makan aja lebih penting sekarang buat kami. Anak saya sekolah di rumah saja," Mama berkata dengan nada tegas dan matanya menancap tanpa keramahan kepada Guruku.

Seandainya protes lagi, Guru itu tentu akan mendapat emosi api dari Mama. Aku sudah pernah merasakan.

Guru itu tidak bicara lagi, bukan karena mengerti. Ia tentu tidak bisa mengerti. Pandangan mata Guru yang menyapu ke seluruh sudut rumah kami mengatakan apa yang tak diungkapkannya; "Rumah semegah ini tak bisa menyekolah anak?" Belakangan, teman-teman sekolah yang kebetulan berjumpa denganku akan menyambung pengertian Guru dengan menimpali, "Helloowww, situ sehat?!"

Butuh beberapa musim untuk tiba pada pengertian, termasuk aku. Aku hanya mengerti waktu layak kubenci karena merenggut segala. Baru tiga belas tahun usiaku kala itu, belum ada bekal menjalani dan menghadapi hidup, tapi waktu telah memaksaku harus menanggung semua.

Pengertian yang Tak Mudah

Mama berkata dan memintaku menuliskan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun