Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pengertian yang Tak Mudah

15 Januari 2023   11:53 Diperbarui: 1 Februari 2023   23:13 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiduplah kamu di atas jalanmu tanpa hiraukan komentar orang-orang. Mereka yang membenci, akan mudah menghina dan menyakitimu. Mereka yang iri akan mudah menyindirmu.

Pada suatu waktu, kamu akan merasa lebih nyaman dengan orang-orang yang tak mengenalmu dan tak peduli. Mereka yang tak peduli lebih mengutamakan mengurus keperluan dan kebutuhan hidupnya masing-masing. Mereka yang tak peduli dan tak mengenalmu justru kadang lebih menenangkanmu daripada orang-orang yang mengenalmu yang kau harapkan peduli dan mengerti.

Tetap di jalanmu dan kuatkan hatimu ketika menerima komentar yang menyakitimu. Mereka yang menyukaimu, bukan berarti selamanya bisa menyukaimu. Mereka yang mencintaimu, itu karena hanya melihat sisi terangmu. Jika ada yang menyukaimu, jangan terlena dan cepat bahagia.

Mereka yang mengasihimu, hanya peduli semampunya dan bukan memberi seluruh hidupnya padamu. Jika ada yang iba dan peduli padamu, jangan sampai berharap dan bergantung pada mereka.

Jalani hidupmu di atas jalanmu tanpa hiraukan komentar-komentar menyakitimu. Mereka yang cepat berkomentar adalah orang yang mengerti sepotong hidupmu tetapi merasa mengerti seluruh hidupmu.
Mereka yang biasa bertanya tanpa menyudutkan adalah tanda orang-orang yang tepat dan tempatmu bertanya.

Mama berkata demikian sebelum memintaku jualan kue. Aku tidak mengerti apa yang Mama hendak coba katakan. Yang kutangkap Mama memaksaku jualan kue. Tak berat itu, dan tak perlu malu. Hidup Mama dulu lebih berat di kampung tandus. Bertahun-tahun lamanya. Dengan malu dan harga diri terinjak-injak. Sementara kamu jualan kue hanya sementara, biar kamu mengerti apa yang telah dituliskan itu. Begitu alasan Mama.

Aku mengikuti Mama meski berat. Hilang sudah kenyamanan. Aku menjajakan kue ke sekeliling kompleks pakai sepeda. Aku berhadapan dengan para tetangga, ibu-ibu, bapak-bapak, para gadis, teman-teman remaja sebayaku, pemuda tanggung berlagak preman, pendeta, ustadz, guru, dosen, dokter, pengacara, kepala RT,  lurah, orang-orang yang tak kukenal, dan bermacam-macam latar status orang-orang.

Sehari dua hari masih baik-baik saja hati. Tak banyak mengenalku kecuali warga RT lorong rumah kami. Mereka hanya kaget anak penghuni rumah mewah berjualan kue.  Namun, hari-hari selanjutnya, ketika seluruh penghuni kompleks mulai mengenal latarku, mereka tidak hanya membeli, tetapi memberi. Mereka memberi komentar berisi sindiran, cibiran dan iba.

"O, anak yang ditinggal di rumah mewah itu? Kok bisa sekarang anaknya jualan kue?"

"Perusahaan Bapak itu bangkrut. Ibunya juga kena PHK. Satu perusahaan mereka."

"Ibunya istri ketiga Bapaknya. Terus sekarang cerai lalu pergi Bapaknya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun