4. Tuhan, Sang Sumber (Lapisan Tertinggi sekaligus Terdalam)
Pada akhirnya, setelah seluruh identitas diri dikupas---setelah tubuh, emosi, dan kesadaran ditelusuri---kita akan sampai pada keheningan. Sebuah ruang tanpa nama, tanpa bentuk, hanya Ada. Di sanalah Tuhan. Bukan sebagai objek yang kita temui, tapi sebagai kesadaran yang menyatu.
Ini yang oleh para sufi disebut fana': lenyapnya "aku" palsu, agar hanya tersisa Dia.
Perjalanan spiritual bukan soal mendaki keluar, tapi menyelam ke dalam.
Bukan tentang menjadi orang suci yang terlihat, tapi menjadi hamba yang jujur dalam batin.
Dan setiap lapisan yang berhasil kita selami, adalah satu langkah pulang ke rumah asal---Tuhan yang senantiasa dekat, bahkan ketika kita merasa jauh.
Menemukan Tuhan dalam Hal-Hal Sederhana
Ketika Yang Sepele Menjadi Jalan Pulang
Pernahkah kamu merasa bahwa apa yang kamu lakukan terlalu kecil untuk diperhitungkan Tuhan?
Seperti tersenyum pada orang asing, menahan komentar sinis di grup keluarga, atau hanya sekadar menyeduh teh untuk pasangan tanpa diminta. Tidak ada yang memuji. Tidak masuk feed media sosial. Tidak ada efek luar biasa. Tapi... bagaimana jika justru di situlah Tuhan sedang mendengarkan?
Dalam ajaran sufi, nilai sebuah amal tidak ditentukan oleh ukurannya, tapi oleh kesadaran yang menyertainya. Satu suap makanan yang diberikan pada orang lain dengan cinta bisa lebih bernilai dari ribuan sedekah yang diserahkan dengan keangkuhan.
"Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian."
(HR. Muslim)
Kita terbiasa mengasosiasikan Tuhan dengan hal-hal megah: masjid megah, amal spektakuler, prestasi yang dipuji. Padahal, Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara rutin meskipun kecil."
(HR. Bukhari-Muslim)
Hal kecil yang dilakukan dari lapisan kesadaran yang dalam---bukan dari keinginan untuk dinilai---itulah yang mendekatkan kita kepada-Nya. Dalam konteks ini, sebuah senyum bisa menjadi dzikir. Sebuah permintaan maaf bisa menjadi wudhu batin. Dan sebuah keikhlasan dalam menyapu lantai rumah bisa menjadi mi'raj menuju ridha-Nya.