"Tu.. tunggu? siapa namanya tadi?" pertanyaan Wijaya memburu.
"Ria, dia anak kelas sepuluh, juniorku di tim basket. Cewek itu agak tomboi, walau tubuhnya kecil tapi skill basketnya bagus loh.."
"Tim basket katamu? Ria? Oh ya Tuhan.." Wijaya sempat terkejut sejenak, "Ah tidak-tidak, ini pasti kebetulan."
"Kenapa Wi memangnya? Cerita dong, kenapa kau kaget begitu?"
"Nih.." Wijaya memberikan lembaran cerpen kusam yang ia bawa ke kantin pada Sandy. "baca paragraf ini.."
"Eh.. ini?"
"Gila kan? Ini yang membuatku begitu terkejut, aku nulis karakter unik dalam cerpen tersebut, seorang gadis bernama Riana, ciri fisiknya bertubuh kecil, berambut pendek, terus sifatnya agak tomboi dan dia pemain basket wanita di sebuah SMA di Kota Malang."
"wih, loh.. kok mirip banget ya sama si Ria?"
"Mana ku tahu? Yang pasti ini kebetulan. Aku saja nulis cerpen ini setahun yang lalu, artinya sebelum cewek itu sekolah di sini kan"
"Iya sih kebetulan, tapi kenapa bisa segitu akurat wi? kau bisa meramal ya?"
"Meramal jidatmu, sudah deh hal itu tak masuk akal, kita orang IPA, kita percaya dengan data dan fakta, bukan mitos-mitos yang tidak jelas seperti itu."