Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Terumbu Karang dan Nasib Biota Laut Kita

23 Juni 2021   21:34 Diperbarui: 23 Juni 2021   21:41 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Peralatan dan tetek bengek semua siap.?" Tanyaku

"Siap..!!!" Sahut mereka

"Oke kalau begitu Ayo kita pergi." Ucapku lagi.

"Ayo, ini musim ikan rakus. Semoga kita dapat banyak hari ini." Ucap Opan, lalu kami mendayung perahu yang kami tumpangi menuju titik mancing yang telah kami pilih untuk mendapat ikan sebanyak mungkin.

Titik mancing yang saya pilih sore itu di Utara kampung tepatnya di depan Mercusuar dengan jarak perahu dan pantai berkisar 50 M. Ini tempat Faforit saya, banyak ikan besar yang saya dapati disini dulu.

"Kalau kamu hendak memancing ikan Dasar (Ikan besar). Kamu lihat posisi perahumu sejejar dengan Mercusuar. Di arah selatan, kau lihat hujung pulau Kayoa dengan Gunung kita Kie Besi terpisah satu jengkal setengah. Sementara di arah Utara, kau Lihat ujung Pulau Moti dan Pulau Kita terpisa dengan jarak sejengkal. Di situ tepat ikan besar dengan Bobot 20 kg bahkan lebih." Ucap Bapak saya kurang lebih 4 tahun lalu.

Di atara Fanter dan teman-teman lain, titik mancing saya yang paling jauh. Mereka memilih titik mancing yang dekat dengan pantai. Sekitar 20 meter ke laut dan jarak karang dan perahu mereka di kisaran 10 meter. Iya, mereka lebih suka di titik itu sebab jarak perahu dan dasar laut tidak begitu dalam. Sekitar 15 meter, sehingga mereka tidak kelelahan menarik kail mereka.

Sekali ini musim ikan rakus, saya tidak begitu ngotot. Sebab bagi saya memancing adalah hiburan untuk melepas penat dan membuyar beban pikir dari rutinitas kota yang melelahkan. Sepanjang jalan saya menikmatinya. Saya lihat terumbuh karang sebagian yang masih dalam kondisi baik, sebagianya sudah tidak subur. Juga sampah-sampah terlihat sesekali mengapung di kulit air.

Sampai dititik yang saya tujuh setelah mendayung perahu sekitar 15 menit maka tak menunggu lama, kail saya lucurkan. Begitu juga konco-konco saya di kejauhan. Di selah menunggu umpan di sambar ikan saya menyalahkan sebatang kretek sembari bergurau dengan si Fanter yang jarak perahunya dengan saya sekitar 9 meter.

"Fanter tenang saja, saya dapat kabar dari arus-aru liar bahwa sebentar ikan bubara besar ingin batamu ke kail kamu."

Mendengar ucap saya, tawa Fanter pecah sembari berujar, "Hahhaa... tenang tidak lama dia sambar. Kalau saya dapat bubara, saya bagi dengan pacar saya. Pasti dia semakin cinta sama saya." Ucap Fanter membalas canda saya. Dan kami pun tertawa riang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun