Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Terumbu Karang dan Nasib Biota Laut Kita

23 Juni 2021   21:34 Diperbarui: 23 Juni 2021   21:41 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Fanter, lihat saya dapat anak cocong. Kasihan sekali, sepertinya dia belum melepas suus dari indunya."

Mendengar pernyataan itu Fabter langsung tertawa.

Karna bobot ikannya kecil, saya memilih melepaskan anak ikan itu. Saya kaitkan umpan di mata kail dan saya lucurkan kembali. Dan kali ini kail suda tidak ada lagi sambaran. Padahal sudah satu jam. Fanter juga demikian. Mendapati kondisi demikian saya dan Fanter tidak memilih bertahan, kami sepakat untuk balik.

Terlebih, hari mulai gelap juga di ufuk awan tebal mulai menyelimuti. Biasanya ini pertanda mau hujan. Maka saya dan Fanter mulai mendayung perahu menuju pantai. Melihat kami balik, maka konco saya pun ikut balik. Setiba di pantai, hanya Opan yang medapat ikan kakap sedang. Kami pun bersepakat melanjutkan Ekspedisi melaut ke 2 esok hari.

***

Ekspedisi ke 2, 3 dan ke 4 kami lakukan. Hanya di ekspedi ke 3 saya mendapati ikan kerapu yang ukurannya sekitar 20 cm. Mendapati hasil nihil, ekspedisi 5 dan 6 kami lakukan di malam hari. Dan hasil yang kami peroleh tidak memuaskan. Merasa penasaran dengan ikan yang semakin liar tidak seperti dulu waktu saya masih di kampung. Saya lalu berdiakusi dengan pama saya di suatu pagi saat hendak ke kebun.

"Paman, ikan kita sudah tidak seperti dulu ya. Dia sepertinya makin pintar dan tak mau lagi memakan umpan."

"Oh iya Fais, ikan-ikan kita sudah tidak seperti dulu lagi. Kalao dulu mancing di pinggir pantai sudah mencukupi kebutuhan makan dua hari."

"Iya, seingat saya waktu dulu saya sempat mancing di belakang rumah. Saya tidak menunggu lama ketika umpan di buang, satu ekor ikan Bubara saya dapati paman, besar lagi.

"Iya, sejak di bangun talud penahan ombak ikan-ikan mulai liar. Pasalnya, banyak dari kita mengambil batu babang di depan kampung untuk digunakan sebagai material talud. Karang-karang pun banyak yang sudah rusak dan mati akibat perilaku kita itu."

Memang ada sebanyak 4 talud yang di bangun di depan kampung, masing-masing memanjang dengan kisaran 500 M. Dan saya pernah mengamati batu-batu yang digunakan dalam pembangunan talud itu. Hampir sebagian ada batu babang kami biasa menyebutnya. Sekedar di ketahui, batu babang itu batu bulat yang bisa tumbuh dan membesar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun