Sepuluh menit berlalu, suara sirine ambulans membisingi telinga. Hal tersebut tentu saja menarik perhatian anak-anak lain yang tengah bermain di bawah sinar matahari. Mereka kompak berbondong-bondong untuk melihat apa yang terjadi. Sampai-sampai beberapa Suster kualahan menangani rasa penasaran mereka.
Para kesatria berjubah putih menuju garda terdepan untuk mengeluarkanmu dari relung-relung kegelapan. Berbagai peralatan perang siap membantumu agar bisa keluar secepatnya.
Salah satu pimpinan mereka bertanya pada Suster yang selalu memperhatikanmu. “Apa akhir-akhir ini terjadi lagi?”
“Belakangan ini dia sering gelisah karena sering dikucilkan oleh teman-temannya. Dia gadis yang malang sudah sembilan kali ia diadopsi kemudian dikembalikan lagi karena tubuhnya lemah.”
“Kebahagiaan adalah kunci utama untuk membantu proses penyembuhannya. Sebab jantungnya sudah tidak dalam kondisi baik-baik saja. Untuk sementara waktu dia harus tinggal.”
“Tolong lakukan apapun supaya dia sembuh!”
“Akan kuusahakan dan kau sering-seringlah berkunjung. Anak ini sungguh-sungguh mengharapkan kehadiranmu.”
***
Saat kau membuka mata, tubuhmu terasa berat seperti menanggung ribuan dosa orang dewasa. Namun kau memaksanya untuk bergerak, walau begitu kau merasa seperti terjerat puluhan rantai, jarum-jarum halus menusuk jauh ke dalam pori-porimu, hingga kau meringis karena perih.
“A-apa yang terjadi?” Kau mencoba bangkit namun sayangnya serangan denyut di kepalamu membuat kau kehilangan keseimbangan dan akhirnya menyerah. Keadaan membuatmu terpaksa berbaring di tempat tidur yang membosankan dan memilih bersembunyi di balik selimut.