“Aku harus pergi.”
“A-apa—tunggu!”
Terlambat untuk menghentikannya. Dia benar-benar pergi meninggalkanmu bertepatan dengan daun pintu berderit, menghadirkan sosok Suster yang paling kau benci dan dua orang bocah ingusan yang tak kau kenal. Satu laki-laki pemalu, satunya lagi anak perempuan dengan gigi ompong tapi penuh energik. Sedangkan kau cukup terheran-heran dengan kejutan yang dibawakan Suster.
“Hai Coraline, bagaimana keadaanmu? Aku pikir kamu kesepian jadi Suster bawakan teman. Perkenalkan Xavier dan Sophie.”
“Ah, aku ingat! Kau, kau yang selalu membututiku kan?” Kau menunjuk Xavier, sementara Xavier sedikit gemetar hingga dia tak mau melepas rok susternya. Lalu kau beralih menuding Sophie. “Dan kau, kau yang diam-diam menaruh dandelion di atas tempat tidurku kan?”
Sophie menyengir, menunjukkan deretan gigi ompongnya di hadapanmu. “Aku memetik banyak dandelion untukmu!”
“Ah, syukurlah kalian sudah kenal. Kalau begitu Suster tinggal ya, Xavier dan Sophie kalian bisa bermain dengan Coraline. Untuk Coraline yang akrab ya sama teman barumu.”
Belum sempat kau memberi persetujuan, Suster itu lantas berlalu pergi. “Yang benar saja!”
Kau mengamati Sophie yang asyik bermain dengan dandelion di dalam kantung plastik. Kau tak mau tahu tentang apa yang ia lakukan. Di sisi lain sedari tadi Xavier di samping tempat tidurmu memperhatikan selang yang menempel di sekujur tubuhmu.
“Apa tidak sakit?” Ia bertanya malu-malu.
Ide jahil mendadak muncul di kepala kecilmu. Kau pun menyunggingkan senyum iblis dan mulai menamut-nakutinya. “Tentu saja sangat sakit! Seperti digigit harimau, hahahaha!”