Pria Bertopeng Aneh membawamu ke suatu tempat, ruang operasi. Di sana kerumunan tenaga medis tengah pontang-panting saling bekerja sama menyulurkan alat ini-itu. Kau nyaris mematung tak dapat berkata-kata, mulutmu mendadak membisu.
“Waktumu hampir habis, ayo pergi!” ajak Pria Bertopeng Aneh.
Namun kau masih menatap nanar ke arah orang-orang berseragam putih. “Apakah anak yang di sana itu aku?”
Pria Bertopeng Aneh tak menjawab. Dia menggandeng tanganmu menuju pintu yang kau bahkan tidak tahu asal-muasalnya. “Kita harus bergegas.”
“Tunggu Pria Bertopeng Aneh, sebelum kau benar-benar membawaku bisa kah kau mengabulkan keinginanku yang terakhir? Aku ingin berada di tengah-tengah ladang bunga dandelion untuk merayakannya.”
Dia menghela napas gusar. Ingin sekali Pria Bertopeng Aneh menolak permintaanmu yang tidak seharusnya tapi ia bukan tipe orang yang seperti itu. “Bukan masalah, tapi kita tidak punya banyak waktu.”
“Aku berjanji ini akan menjadi yang terakhir.”
Tanpa tongkat sihir atau komat-kamit membaca mantra area sekelilingmu sudah berubah menjadi ladang bunga dandelion seperti yang kau minta. Pastinya kau bakal senang bukan alang kepalang, lihatlah kini kau melompat-lompat sambil menghamburkan kelopak dandelion yang rapuh ke sana-ke mari.
Beberapa saat kemudian kau kembali pada Pria Bertopeng aneh lantaran kau berbisik sesuatu padanya. “Bisa kau lepas topengmu? Aku ada sesuatu untuk kau gunakan.”
Dia tertegun seakan tidak percaya dengan sikapmu yang sulit ditebak.
“Sudah lepaskan saja, hanya sebentar. Aku janji!” pintamu sambil merengek.