Hemat saya, perlu kiranya membawa kemurahan hati dalam ‘cermin diri’. Mereka lebih baik ketulusan dari tanda hasrat sebanyak atau bahkan lebih banyak dari apa yang nampak dari ruang damai. Suatu ruang damai tidak terkira menyediakan kehidupan sejati, kecuali bayangan hitam melalui kekerasan dan kematian yang ditampilkan oleh nafsu serakah.
Masa Depan Hasrat
Suatu saat penanda adalah tanda yang menjadi tanda atas tanda kehidupan dan kematian. Sedangkan, penanda penindas diganti oleh mesin pemodal. Keduanya membangun relasi timbal-balik antara mesin pasca kolonial dan mesin otoritarian dengan kehadiran ruang residual.
Tetapi, terjadi perluasan titik dan garis teritorial melalui penindasan di luar, lalu memutar balik ketakutan dalam diri bangsa Palestina.Â
Jadi, ketidakhadiran kesadaran yang menstruktur ruang teater kekerasan, yang diperparah oleh kebencian dan permusuhan telah melintasi ambang batas ruang perdamaian itu sendiri. Hasrat tidak lagi menampilkan dirinya untuk perdamaian.
Israel hanyalah hasrat atas hasratnya sendiri, yaitu hasrat dari hasrat yang zalim dan pandir, yang kuat dan yang lemah.Â
Kaki bangsa Palestina tidak lagi melangkah, mata tidak lagi melihat, mulut tidak lagi berbicara.
Hasrat Palestina untuk merdeka telah melampaui gedung, darah, daging, rumah, jalur, tepi, ladang minyak, kubah, menara, lampu, air, dan sebagainya.Â
Mereka bisa dilihat satu atau lebih banyak tempat, tetapi tersembunyi dari kita, dalam ruang tidak terkira.
Secara khusus, mengapa proses perdamaian menampakkan kegagalan berpindah-pindah dari tempat ke tempat lain menuju pembentukan ruang perdamaian? Mungkin terdapat alasan yang tidak memadai di tengah harapan masa depan perdamaian.
Pertama, wujud Israel dan Palestina terbentuk rangkaian relasi-relasi antara dominasi dan subordinasi, kuat dan lemah, penjajah dan terjajah. Basis material mesin perang hanya muncul di permukaan pada suatu celah ruang.