Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembebasan Hasrat: Keluar dari Ruang Kosong (Bagian 2)

29 November 2022   13:05 Diperbarui: 17 Januari 2024   09:50 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hari Solidaritas Internasional untuk Palestina (Sumber gambar: dreamstime.com)

Masa depan Palestina berhadapan dengan ruang kosong, berarti hidup dinamis dan kompleks dalam kehingar-bingaran. Kita juga percaya tentang perdamaian akan ditandai oleh ruang kosong tidak bergantung pada situasi apapun yang mengelilinginya.

Dan keempat, produksi hasrat yang meluap-luap tanpa akhir, tidak terkontrol, dan represif, yang terinstitusionalisasikan melebihi produksi, sirkulasi, dan perluasan teritori maupun sumber daya lain. Suatu sumber kesia-siaan menyelimuti bangsa yang dirundung konflik dan kekerasan apalagi terbentuk satu relasi penjajahan.

Setelah itu, muncul rencana dan pernyataan untuk perdamaian, tetapi masih menyimpan bara kebencian atau permusuhan diantara kedua belah pihak tanpa akhir. 

Marilah kita berpikir dan berhasrat untuk membangun pemaafan dan perdamaian sejati, yang menggantikan kebencian dan permusuhan antara sesama manusia.

Orang-orang mungkin masih mengingat kembali peristiwa kelam yang begitu memilukan, yang membuat bahasa perdamaian tinggal kata-kata kosong atau hanya ditempatkan diurutan paling belakang dari mimpi dan hasrat, cita-cita dan harapan Palestina.

Di Palestina tidak mengenal kadrun (kadal gurun) atau paldrun (Palestina gurun). Semua di barisan para pendamai lebih memilik untuk mengakhiri pembentukan relasi antara hasrat untuk kebencian dan permusuhan, ketakutan dan penindasan, keterjajahan dan penjajahan! 

Jadikanlah peristiwa kelam menjadi relasi antara hasrat untuk persaudaraan dan keramahan, kesejahteraan dan perdamaian!

Bukankah kita masih sadar untuk bisa berpikir bagaimana caranya menghindari kematian dan kekacau-balauan, dimana kehidupan kita dipersembahkan untuk membuat seluruhnya masuk akal? 

Secara esensial, hasrat untuk nurani bertentangan dengan penindasan atau penjajahan.

Korban

Agar menjadi pelajaran bagi kita semua, kehadiran tabiat destruktif yang menyelinap dalam hasrat yang tidak terkontrol untuk menjajah bisa mengalir melalui tubuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun