Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kursi Kosong dan Penanda Kosong

27 September 2022   14:05 Diperbarui: 8 Oktober 2022   16:13 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : detik.com, 08/06/2022

Lihatlah ulah oknum mahasiswa yang gandrung berorganisasi! Pasalnya, saya pernah menyaksikan secara langsung tanpa relay tentang purwarupa kekerasan masyarakat ilmiah.

Dalam beberapa kasus, entah darimana awalnya, seorang pimpinan sidang secara refleks melempar palu sidang untuk mengendalikan peserta, malah makin menimbulkan "hawa panas" merambat pelan-pelan dalam ruangan. 

Sebuah palu melayang di udara yang disaksikan oleh tembok-tembok tebal dan kuat melengkapi ruangan gedung.

Suara para peserta persidangan musyawarah pimpinan organisasi mahasiswa meledak seketika terjadi adu mulut dan debat berubah suara gedebak-gedubuk kursi. 

Sumber suara datang dari kursi yang melayang mengakhiri sumber suara dari pimpinan sidang. Di sini, kursi kosong di lempar.

Di luar itu, kursinya tidak kosong. Cuma ia berada dalam tahapan peralihan, kursi pimpinan sedang kosong itulah diwanti-wanti dan diserahkan pada pemegang amanah selanjutnya.

Sebagian oknum pesohor negeri ini masih senang memainkan sebuah permainan "tingkat tinggi", diantaranya wilayah kursi kosong.

Dari sini, skenario cukup tersusun rapih dibuat. Ada kursi kedudukan dan jabatan tidak heran disengaja dikosongkan, lalu diisi sesuai selera dan kepentingan.

Terdengar di luar tembok gedung pesohor, ada orang menguping dan membisik pada temannya agar berkemas-kemas untuk mengisi kursi kosong. 

Sampai di situ saja tujuan dan sasarannya, maka di situ pula yang dia dapat.

Apa yang didapat? Tidak lain, kenikmatan yang menggebu-gebu persis kursi kosong melayang-layang di udara saat terjadi kegiatan dalam ruangan yang diwarnai keributan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun