Entah menonton di rumah atau di luar, entah itu menggunakan kursi atau tidak sama sekali wujud kursi tidak tergoyahkan karena esensi yang membuatnya ada dan nyata, bukan karena masing-masing orang sesuai selera.Â
Kursi kosong atau bukan, ia tetap netral dalam dunianya sendiri. Perbedaannya terletak pada pilihan orang ketika kursi kosong dalam jumlah yang tidak sedikit menunjukkan dirinya semakin greget setelah dihubungkan dengan suasana ruang yang sepi dan ramai permainan yang dialami orang.Â
Dari situlah titik rawan penanda kosong di tengah gegap gempita dan luapan kebendaan.
Kursi kosong yang menandai ketidakhadiran mata seseorang untuk menonton. Apakah kita merasa terganggu jika tidak menggunakan kursi?Â
Sejauh manakah ketidaknyaman seseorang saat duduk dan tidak duduk di kursi agar dirinya bisa menonton permainan olahraga atau yang lain?Â
Secara khusus, orang yang terlalu kepincut untuk duduk formal di kursi stadium hanya karena doyan sepak bola atau yang lain akan mengarahkan dirinya dalam sebuah lingkaran penanda kosong.Â
Orang sedang tidur mendengkur akan dibayangkan di atas kursi. Ternyata setelah dia bangun dari tidurnya diiringi dengan bunyi dengkuran menjadi nikmat tidak sadar hanya mendapatkan sebuah kursi kosong. Begitulah jadinya.