Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kursi Kosong dan Penanda Kosong

27 September 2022   14:05 Diperbarui: 8 Oktober 2022   16:13 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : detik.com, 08/06/2022

Sebuah panggung berbentuk segi delapan dimaksudkan untuk menyerupai Gunung Fuji yang ada di negeri dongeng.

Kemudian, medley lagu-lagu orkestra dari video game Jepang yang ikonik menjadi soundtrack untuk pintu masuk para atlet.

Sebagian besar atlet memakai masker melambaikan tangannya nampak antusias ke ribuan kursi kosong dan pada dunia yang lapar untuk menyaksikan mereka bersaing tetapi pasti bertanya-tanya apa gerangan yang harus dilakukan dari semua itu.

Beberapa atlet berbaris layaknya menjaga jarak secara sosial, sementara yang lain berkerumun dengan cara yang sangat bertentangan dengan harapan penyelenggara. Republik Ceko masuk dengan negara lain, meskipun delegasinya sejak tiba telah memiliki beberapa tes positif COVID."

The Washington Post (2021/07/23) melansir berita dengan judul amat jelas:

"Empty seats, muddled messaging and a botched 'Imagine' make for a lackluster Olympic Opening Ceremonies" (Kursi kosong, pesan tidak karuan, dan 'membayangkan' para penonton tidak bersemangat karena kegagalan Upacara Pembukaan Olimpiade).

Ketika rangkaian peristiwa penting sedang berlangsung yang didukung dengan kenampakan teknik dan gaya memukau sembari penyelenggara kegiatan menyediakan kursi dalam keadaan masih kosong sesungguhnya tidak dipengaruhi oleh keberadaan lingkungan dan keadaan awan gelap atau langit cerah.

Suatu pertimbangan logis mengapa terjadi ketidakhadiran kursi terisi ditandai oleh keengganan orang-orang untuk mendudukinya selama berlangsung pandemi.

Seluruh pertimbangan yang diajukan bukanlah karena alasan keadaan dan kondisi yang tidak memungkinkan kegiatan perayaan maupun permainan olimpiade, melainkan "konsekuensi" yang membuatnya tetap berjalan secara terbatas.

Selain itu, permainan olimpiade terselenggara berkat dorongan hasrat dan pengetahuan tentang jati diri dan esensi olahragawan tanpa disekat oleh pandangan dan sikap yang berbeda dari spesies manusia. 

Justeru tontonan yang menarik perhatian di sini adalah kehadiran kursi kosong di tengah ancaman dan marabahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun