Permintaan ini sekaligus menjadi peta minat baca siswa. Ada yang menyukai novel, ada yang mencari komik edukatif, ada pula yang tertarik pada buku motivasi.
Tentu saja, semua program ini tidak berjalan mulus. Tantangan terbesarnya adalah konsistensi. Menghidupkan budaya membaca bukan pekerjaan semalam. Kadang, antusiasme siswa naik turun. Ada masa ramai, ada pula masa sepi. Di sisi lain, dukungan dari guru dan orang tua juga sangat menentukan.
Namun saya percaya, setiap usaha yang dilakukan terus-menerus akan menanamkan kebiasaan. Budaya membaca memang tidak bisa dipaksakan, tetapi bisa ditumbuhkan melalui pengalaman yang menyenangkan. Perpustakaan bukan lagi tempat yang kaku, melainkan ruang yang hangat untuk belajar, bermain, dan tumbuh bersama.
Jika dulu perpustakaan identik dengan kesunyian, kini saatnya kita mengubahnya menjadi ruang masa depan. Anak-anak belajar mengelola informasi, mengasah keterampilan menulis, berkolaborasi lewat permainan, hingga memanfaatkan teknologi untuk produktivitas. Semua itu berawal dari satu titik, perpustakaan yang hidup.
Menghidupkan perpustakaan berarti menghidupkan denyut jantung sekolah. Saya percaya, meski jalannya tidak mudah, setiap langkah kecil akan membawa perubahan besar.Â
Perpustakaan bukan hanya tentang buku, melainkan tentang bagaimana kita menumbuhkan generasi yang gemar membaca, berpikir kritis, dan siap menghadapi tantangan zaman.
Blitar, 20 September 2025
Enik Rusmiati
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI