Tentu saja, untuk mencapai tahap itu dibutuhkan strategi yang kreatif. Hingga kini perjalanan masih terus berproses, dan berikut beberapa langkah yang sedang kami tempuh untuk menghidupkan perpustkaan dan membudayakan minat baca siswa.
1. Kerja Sama dengan Perpustakaan Nasional Bung Karno
Langkah pertama adalah membangun jejaring. Kami bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional Bung Karno. Pada awalnya, mereka meminjami kami sekitar 200 buku. Semua buku itu kami pajang di rak, berharap siswa akan tertarik. Namun ternyata peminatnya masih sedikit.
Dari pengalaman itu, saya belajar bahwa buku yang hanya dipajang tidak otomatis akan dibaca. Maka kami membuat flyer promosi dan menyebarkannya ke grup kelas serta guru-guru tim literasi.Â
Promosi sederhana ini ternyata memberi efek positif. Buku-buku dari Bung Karno mulai dilirik siswa, apalagi ketika dikaitkan dengan kegiatan literasi kelas.
Kini, kerja sama itu semakin berkembang. Kami sudah mendapat pinjaman 500 eksemplar buku dengan beragam genre, mulai dari fiksi, sejarah, hingga pengetahuan umum.Â
Koleksi yang lebih banyak ini memberi pilihan lebih luas bagi siswa, sehingga mereka bisa menemukan bacaan yang benar-benar sesuai dengan minat masing-masing.
2. Program Dua Jam Membaca dan Menulis
Program kedua adalah kegiatan literasi dua jam pelajaran membaca. Setiap kelas  mulai dari kelas VII, VIII, hingga IX mendapatkan jadwal khusus untuk membaca. Buku-buku sebagian besar dipinjam dari perpustakaan. Setelah membaca, siswa tidak berhenti begitu saja. Mereka diwajibkan menulis ulasan di jurnal literasi.
Dari ulasan itu, kami membuat lomba berjenjang. Ulasan terbaik dipilih, lalu disusun dalam sebuah buku antologi ulasan siswa, dan pilihan karya terbaik mendapat hadiah tentunya.Â