Mohon tunggu...
Supriyatna
Supriyatna Mohon Tunggu... Penulis - Emosi diujung pena

Menjadi bijak bukan dengan cara mengkritik atau Menasehati Orang lain, Menjadi Bijak berani memberi Solusi bagi permasalahan Orang Lain. " Karena Nasehat bukanlah Solusi, Jadi jangan memberi Solusi dengan cara memberi Banyak Nasehat"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Emosi di Ujung Pena

21 Mei 2020   12:45 Diperbarui: 21 Mei 2020   12:53 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kemudian aku mencoba melakukan Chat kepada kontak itu. ya meskipun bukan say hello atau lain sebagainya. 

Aku hanya mengirimkan sebuah emoji smiley. dan rupanya ceklis dua, meski belum di baca namun itu bertanda bahwa kontaknya aktif. 

Dan ku taruh Handphoneku di dalam saku baju, kemudian melanjutkan pekerjaanku. Singkat cerita , waktu menunjukan saatnya istirahat makan siang. 

Aku pun kembali melihat handphoneku, dan benar saja dugaanku ternyata dia sudah membaca emojiku , namun belum memberikan balasan. lalu aku kembali mengirikan emoji semangkuk mie , dalam artian menawarkan dia makan siang. 

Aku hanya bisa mengirimkan emoji, tanpa kata kata. karena Aku tidak mau terlihat hendak mengajaknya berkenalan, biarkan saja dia penasaran sendiri. Dan singkat cerita , Hari sudah malam dan pekerjaanku pun telah selesai, Aku bergegas pulang , karena memang Agendaku setiap malam jum'at harus mengikuti pengajian rutin di majelisku. 

Meski Aku ini terlihat Selengean tapi aku adalah pendiri sebuah majelis di kediamanku, ya majelis untuk para pemuda. karena betapa sangat memprihatinkan batinku kala melihat para pemuda di lingkunganku sangat minim pemuda yang mengikuti Pengajian, karena sudah terbawa arus zaman yang terbilang modern.

 mungkin sebagian mereka berpandangan bahwa pengajian adalah sesuatu yang membosankan atau bahkan norak. Awalnya pun Aku tidak berencana mendirikan sebuah majelis, karena Aku ragu usahaku akan sia sia, untuk merubah pola dan tingkah laku pemuda setempat. 

Di tambah lagi Aku juga mantan Orang tidak benar , yang kerap kali suka minum minuman keras dan juga judi. ya akan tetapi lebih baik menjadi mantan preman dari pada menjadi mantan ustad.

 itu salah satu prinsipku dalam menjalankan perjuangan hijrahku. Dan selang beberapa jam akhirnya Aku sampai di rumahku. 

Aku langsung bergegas mandi dan berganti pakaian , dan kemudian langsung menuju Majelis. lima menit kemudian, Aku pun sampai di Majelis. 

"Asallamu'alaikum"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun