Mohon tunggu...
Aico Nandita Putri
Aico Nandita Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar sekolah

Pelajar sekolah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Ujung Pilu

16 April 2024   08:07 Diperbarui: 16 April 2024   08:14 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

'Siapa itu? Pria yang memakai jaket biru tua itu? ' Batin Lea mengucap sambil memandang lelaki yang tengah berdiri di ujung lorong. 'Apa aku mengenalinya? Entahlah. ' Sahut batinnya kembali. 

Senja itu, Lea baru saja beranjak dari sebuah supermarket untuk membeli kebutuhannya. Ia memandang langit, yang kian menampakkan akhirnya. Lea berjalan menuju taman kota, ia memilih kursi kosong sambil memandang senja.

Sore itu, angin bertiup lembut. Menyapa seorang gadis yang tengah menikmati senja di taman kota. Waldine Ileana Malvina namanya, sapaan akrabnya Lea. Tubuhnya tinggi dan bermata tajam.

 "Senja, kamu selalu bisa mengingatkan ku pada seseorang. Seseorang yang membuatku pilu. Senja di ujung pilu. Langitku tak secerah dulu. Ia berhasil memudarkan senyumku. Namun kini, naas untuk bertemu. Semua ini masih tentangmu, Alvaro Adhytama. " Ucapnya pada senja kala itu. 

Alvaro Adhytama, atau yang lebih dikenal Alva. Sosok yang di nanti sang gadis senja, di kala pilunya. Karna, hanya dia yang mampu mengobatinya. 

6 tahun yang lalu ketika Lea masih berada di bangku Sekolah Menengah Atas ( SMA ) ia bertemu dengan Alva. Alva adalah sosok yang sangat humoris namun tegas. Ia berhati besar namun tidak egois. Sang perwira medan tempur laksanamu bagai insan yang bergelar pangeran. Begitulah pandangan Lea terhadap Alva. 

Semua ini bermula, ketika di kelas 12 SMA. Alva dan Lea bertemu dalam satu kelas. Mereka berteman seperti biasa, namun berubah sejak hari itu. 

*******

"Ingat ya pak! Selagi anda belum bisa melunasi hutang hutang anda, jangan harap hidupmu tenang. Camkan itu! " Ucap seorang pria pada ayahnya Lea. 

"Pak, saya mohon pak. Bapak tau keadaan saya. Saya baru saja di timpa musibah, istri saya baru saja meninggal 2 minggu yang lalu. Saya paham, bapak butuh uang. Namun saya juga pak! Bagaimana dengan Lea? Hanya ia harta yang saya punya pak. Lea butuh uang untuk biaya sekolahnya pak. Saya mohon kasih saya waktu. " Ucap ayah Lea pada pria itu dengan suara lirih sambil menundukkan kepala. Memohon agar pria itu dapat memberikan tenggang waktu lebih lama. 

Pria itu tak terima, ia ingin uangnya kembali saat itu juga. Tanpa pikir panjang, ia melayangkan sebuah pukulan keras pada kepala ayahnya Lea. "Pukk! Alasan! Aku sudah muak dengan alasanmu! "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun