Mohon tunggu...
EmilyWu
EmilyWu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Cerpenis, Menerima Jasa Penulisan Novel.

Walaupun aku tak bersayap, aku ingin terbang ke langit mengambil matahari, bintang dan bulan. Ide cantik selalu menarik untuk kuketik dan kususun dengan indah menjadi sebuah kisah...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Pendeta dan Keluarganya

21 Oktober 2018   19:52 Diperbarui: 21 Oktober 2018   20:31 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Istock, diedit dengan postermail

Brian hanya menggelengkan kepalanya.

Aku kembali menuju kamar melihat ke dalam lemari baju, dan.....baju Listi sudah tidak ada di situ, yang tertinggal hanya bajuku dan baju Brian. Listi pergi meninggalkan rumah!!!

Aku berlari ke depan rumah, berusaha mengejar Listi, tapi yang aku temukan hanya jalan berspal yang lenggang, sepi. Jejak Listi sudah tak kelihatan lagi.

Aku menunggu Listi pulang, tapi sampai sore Listi tak juga kembali. Mau menghubungi teman dan saudara, tapi nggak ada pulsa dan tidak punya kuota.

Aku terpaksa memberikan obat pada Brian, bukan aku tak lagi percaya 100% persen pada Tuhan, tapi supaya Brian lebih tenang dan bisa tidur. Karena kalau Brian tidur dia bisa melupakan laparnya dan tidak minta makan. Di rumah hanya ada 2 bungkus mie instan, Brian sudah makan bungkus, saya 1 bungkus, tinggal bungkus lagi, untuk persediaan nanti malam, sebelum Brian tidur.

Tiba-tiba HP ku berbunyi.

Aku melihat ke layar panggilan. Dari teman pendetaku.

"Sore papa Brian, hari ini bisa bantu jadi pengiring musik nggak?  Ada Jemaat yang mengadakan persekutuan doa ucapan syukur masuk rumah baru, kebetulan hari kami tidak ada pengiring musik."

Oh....aku terdiam, mujizat datang. Tuhan memberikan pertolongan. Puji Tuhan. Ucap syukurku dalam hati.

"Bisa-bisa. Jam berapa acaranya?" Tanyaku penuh semangat.

"Jam 7 malam ya." Katanya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun