Sore itu jam 6, aku sudah mengeluarkan motor bututku. Motor pemberian sepupu Listi yang tinggal di Cileungsi.
Ah...ya, aku baru ingat, Â mungkin Listi menginap di Clieungsi, di rumah sepupunya, mereka sangat dekat.
Nanti sepulang kebaktian aku akan langsung ke Cileungsi, Listi pasti senang, kalau nanti aku menjemputnya sambil menyerahkan amplop putih berisi persembahan kasih.
Aku menaikkan Brian di depan, lalu melaju pelan melintasi jalan alternatif Cibubur, menuju alamat yang tadi diberikan oleh rekan pendetaku.
Acara berjalan lancar, tapi aku minta ijin pulang duluan, karena selain Brian belum sehat, aku juga mau mencari Listi ke Cileungsi.
Aku pamit pada tuan rumah, mereka membungkuskanku beberapa macam makanan dan memberiku amplop putih, yang aku yakin berisi persembahan kasih.
"Pak pendeta, maaf ya tidak bisa mengantar sampai ke depan, ini masih melayani yang pada makan." Kata tuan rumah sopan.
"Iya nggak apa-apa bu-pak, mohon maaf saya pulang duluan karena ada keperluan."
Aku berjalan ke arah ruang tamu, aku mencari kunci motorku di saku celanaku, tapi aku tidak menemukannya.
Oh...iya, tadi aku meletakkan kunci motorku dia atas meja di ruang tengah, tempat persekutuan doa dilaksanakan. Aku berbalik kembali ke arah ruang tengah.
Aku mau mengambil kunci motorku, ketika mataku melihat sesuatu yang menarik, sebuah HP, sepertinya keluaran terbaru tergeletak di dekat  kunci motorku.