Mohon tunggu...
elsa dwi ananda
elsa dwi ananda Mohon Tunggu... s1 pgsd

saya seorang mahasiswa yang sedang menuntut ilmu

Selanjutnya

Tutup

Roman

Menelisik Teori SosialEmosional:Perspektif piaget dan vgyotsky dalam pendidikan

25 September 2025   14:40 Diperbarui: 25 September 2025   14:46 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menelisik Teori Sosial-Emosional: Perspektif Piaget dan Vygotsky dalam Pendidikan

Oleh: [ELSA DWI ANANDA]

Pendahuluan

Perkembangan sosial dan emosional anak merupakan aspek yang sangat penting dalam proses pendidikan. Banyak orang masih lebih menekankan perkembangan intelektual atau kognitif semata, padahal kemampuan sosial dan emosional berperan besar dalam membentuk kepribadian, cara anak berinteraksi, hingga kesiapan mereka menghadapi kehidupan bermasyarakat. Dua tokoh psikologi perkembangan, yaitu Jean Piaget dan Lev Vygotsky, memberikan kontribusi pemikiran besar mengenai hal ini. Meskipun keduanya dikenal luas lewat teori kognitif, pemikiran mereka memiliki implikasi kuat dalam bidang sosial-emosional.

Artikel ini akan membahas gagasan Piaget dan Vygotsky, menyoroti perbedaan pandangan mereka, serta mengaitkannya dengan dunia pendidikan.

Teori Jean Piaget dan Implikasi Sosial-Emosional

Jean Piaget (1896--1980) dikenal sebagai psikolog perkembangan yang mengemukakan teori tahapan kognitif. Menurutnya, anak membangun pengetahuan melalui interaksi aktif dengan lingkungannya. Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat tahap: sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal.

Walaupun fokus Piaget adalah kognisi, implikasinya terhadap perkembangan sosial dan emosional cukup jelas:

Egosentrisme Anak Pra-Operasional

Anak usia 2--7 tahun cenderung berpikir egosentris, yaitu melihat dunia hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Dalam konteks sosial, hal ini membuat mereka sulit memahami perasaan atau sudut pandang orang lain. Seiring usia, anak mulai belajar bahwa orang lain memiliki pikiran dan perasaan yang berbeda.

Skema Sosial dan Emosional

Sama seperti skema kognitif, anak juga membangun "skema sosial." Misalnya, bagaimana cara berteman, berbagi mainan, atau menyelesaikan konflik. Skema ini terus berkembang seiring pengalaman sosial mereka.

Perkembangan Moral

Piaget berpendapat bahwa perkembangan moral anak terjadi bertahap. Anak kecil memandang aturan sebagai hal mutlak, tetapi ketika memasuki usia operasional konkret, mereka mulai memahami bahwa aturan dapat dinegosiasikan dan ditafsirkan.

Dengan kata lain, Piaget menekankan bahwa perkembangan sosial dan emosional anak sangat berkaitan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka. Anak baru bisa memahami konsep empati, kerjasama, dan keadilan ketika kemampuan berpikirnya mencapai tahap tertentu.

Teori Lev Vygotsky dan Penekanan Sosial

Berbeda dengan Piaget, Lev Vygotsky (1896--1934) menekankan pentingnya konteks sosial dan budaya dalam perkembangan anak. Menurutnya, belajar dan berkembang selalu terjadi dalam interaksi dengan orang lain. Ada beberapa konsep utama dari teori Vygotsky:

Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

ZPD adalah jarak antara kemampuan anak saat ini dan potensi kemampuan yang bisa dicapai dengan bantuan orang lain. Dalam ranah sosial-emosional, ZPD menjelaskan bahwa anak bisa belajar mengelola emosi atau menyelesaikan konflik lebih baik bila mendapat bimbingan orang dewasa atau teman sebaya.

Scaffolding (Bantuan Bertahap)

Guru, orang tua, atau teman sebaya dapat memberikan dukungan sementara, misalnya memberi contoh cara mengendalikan emosi saat marah atau cara bernegosiasi dengan teman. Lama-kelamaan, anak belajar melakukannya sendiri tanpa bantuan.

Bahasa sebagai Alat Regulasi Emosi

Vygotsky menegaskan bahwa bahasa tidak hanya untuk komunikasi, tetapi juga alat berpikir. Anak sering berbicara pada dirinya sendiri (self-talk) untuk mengatur emosi, misalnya berkata "aku tenang, aku tidak boleh menangis" saat menghadapi masalah.

Konteks Budaya

Vygotsky percaya bahwa norma sosial, aturan, dan cara mengekspresikan emosi sangat dipengaruhi budaya. Anak belajar bagaimana "seharusnya" bersikap dari lingkungan sekitar mereka.

Dengan demikian, teori Vygotsky lebih langsung berkaitan dengan perkembangan sosial dan emosional dibanding Piaget, karena ia melihat interaksi sosial sebagai inti dari belajar.

Perbandingan Piaget dan Vygotsky

AspekJean PiagetLev Vygotsky

Fokus utamaTahap kognitif individuInteraksi sosial dan budaya

Peran orang lainRelatif kecil, anak lebih mandiriSangat penting sebagai pendamping

BahasaSekunder terhadap berpikirAlat utama dalam berpikir dan mengatur emosi

Moral & emosiBergantung pada tahap kognitifBerkembang melalui interaksi sosial sejak dini

Konteks budayaCenderung universalRelatif terhadap budaya dan masyarakat

Implikasi bagi Pendidikan

Pemikiran Piaget dan Vygotsky dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam mengembangkan aspek sosial dan emosional siswa.

Aktivitas Kolaboratif

Guru dapat membuat diskusi kelompok, permainan peran, atau kerja sama tim agar siswa belajar berinteraksi, menghargai pendapat, dan mengendalikan emosi.

Scaffolding dalam Keterampilan Emosional

Misalnya, ketika siswa marah karena kalah dalam permainan, guru dapat membantu dengan memberi contoh cara menerima kekalahan, lalu membimbing siswa untuk mencoba sendiri di kesempatan berikutnya.

Refleksi Diri dengan Bahasa

Guru bisa melatih siswa menggunakan self-talk positif. Contoh: sebelum presentasi, siswa diajak mengatakan, "Saya siap, saya bisa." Cara ini membantu regulasi emosi.

Menyesuaikan dengan Tahap Perkembangan

Sesuai gagasan Piaget, tugas sosial-emosional harus sesuai tahap berpikir anak. Anak SD cocok dengan contoh konkret, sedangkan remaja SMA bisa diajak berdiskusi isu sosial yang lebih abstrak.

Konteks Budaya Lokal

Guru perlu memasukkan nilai-nilai budaya dan norma masyarakat sekitar dalam pembelajaran sosial-emosional, agar anak lebih mudah memahami dan menerapkannya.

Penutup

Baik teori Piaget maupun Vygotsky memberikan kontribusi besar dalam memahami perkembangan sosial dan emosional anak. Piaget menekankan pentingnya perkembangan kognitif sebagai dasar kemampuan sosial, sementara Vygotsky menyoroti interaksi sosial, scaffolding, dan peran budaya.

Dalam praktik pendidikan, menggabungkan keduanya bisa menjadi pendekatan yang paling ideal. Guru perlu memahami tahap perkembangan kognitif anak (Piaget), sambil terus memberi dukungan, interaksi, dan pembelajaran kolaboratif (Vygotsky). Dengan demikian, anak tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga mampu mengelola emosi, berempati, serta berinteraksi dengan baik di masyarakat.

Referensi:

Kompasiana: Teori Perkembangan yang Dikemukakan oleh Lev Vygotsky dan Jean Piaget (2024).

Santrock, J. W. (2018). Educational Psychology. McGraw-Hill Education.

Berk, L. E. (2013). Child Development. Pearson Education.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun