Menelisik Teori Sosial-Emosional: Perspektif Piaget dan Vygotsky dalam Pendidikan
Oleh: [ELSA DWI ANANDA]
Pendahuluan
Perkembangan sosial dan emosional anak merupakan aspek yang sangat penting dalam proses pendidikan. Banyak orang masih lebih menekankan perkembangan intelektual atau kognitif semata, padahal kemampuan sosial dan emosional berperan besar dalam membentuk kepribadian, cara anak berinteraksi, hingga kesiapan mereka menghadapi kehidupan bermasyarakat. Dua tokoh psikologi perkembangan, yaitu Jean Piaget dan Lev Vygotsky, memberikan kontribusi pemikiran besar mengenai hal ini. Meskipun keduanya dikenal luas lewat teori kognitif, pemikiran mereka memiliki implikasi kuat dalam bidang sosial-emosional.
Artikel ini akan membahas gagasan Piaget dan Vygotsky, menyoroti perbedaan pandangan mereka, serta mengaitkannya dengan dunia pendidikan.
Teori Jean Piaget dan Implikasi Sosial-Emosional
Jean Piaget (1896--1980) dikenal sebagai psikolog perkembangan yang mengemukakan teori tahapan kognitif. Menurutnya, anak membangun pengetahuan melalui interaksi aktif dengan lingkungannya. Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat tahap: sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal.
Walaupun fokus Piaget adalah kognisi, implikasinya terhadap perkembangan sosial dan emosional cukup jelas:
Egosentrisme Anak Pra-Operasional
Anak usia 2--7 tahun cenderung berpikir egosentris, yaitu melihat dunia hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Dalam konteks sosial, hal ini membuat mereka sulit memahami perasaan atau sudut pandang orang lain. Seiring usia, anak mulai belajar bahwa orang lain memiliki pikiran dan perasaan yang berbeda.
Skema Sosial dan Emosional
Sama seperti skema kognitif, anak juga membangun "skema sosial." Misalnya, bagaimana cara berteman, berbagi mainan, atau menyelesaikan konflik. Skema ini terus berkembang seiring pengalaman sosial mereka.
Perkembangan Moral
Piaget berpendapat bahwa perkembangan moral anak terjadi bertahap. Anak kecil memandang aturan sebagai hal mutlak, tetapi ketika memasuki usia operasional konkret, mereka mulai memahami bahwa aturan dapat dinegosiasikan dan ditafsirkan.
Dengan kata lain, Piaget menekankan bahwa perkembangan sosial dan emosional anak sangat berkaitan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka. Anak baru bisa memahami konsep empati, kerjasama, dan keadilan ketika kemampuan berpikirnya mencapai tahap tertentu.
Teori Lev Vygotsky dan Penekanan Sosial
Berbeda dengan Piaget, Lev Vygotsky (1896--1934) menekankan pentingnya konteks sosial dan budaya dalam perkembangan anak. Menurutnya, belajar dan berkembang selalu terjadi dalam interaksi dengan orang lain. Ada beberapa konsep utama dari teori Vygotsky:
Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
ZPD adalah jarak antara kemampuan anak saat ini dan potensi kemampuan yang bisa dicapai dengan bantuan orang lain. Dalam ranah sosial-emosional, ZPD menjelaskan bahwa anak bisa belajar mengelola emosi atau menyelesaikan konflik lebih baik bila mendapat bimbingan orang dewasa atau teman sebaya.
Scaffolding (Bantuan Bertahap)
Guru, orang tua, atau teman sebaya dapat memberikan dukungan sementara, misalnya memberi contoh cara mengendalikan emosi saat marah atau cara bernegosiasi dengan teman. Lama-kelamaan, anak belajar melakukannya sendiri tanpa bantuan.
Bahasa sebagai Alat Regulasi Emosi
Vygotsky menegaskan bahwa bahasa tidak hanya untuk komunikasi, tetapi juga alat berpikir. Anak sering berbicara pada dirinya sendiri (self-talk) untuk mengatur emosi, misalnya berkata "aku tenang, aku tidak boleh menangis" saat menghadapi masalah.
Konteks Budaya
Vygotsky percaya bahwa norma sosial, aturan, dan cara mengekspresikan emosi sangat dipengaruhi budaya. Anak belajar bagaimana "seharusnya" bersikap dari lingkungan sekitar mereka.
Dengan demikian, teori Vygotsky lebih langsung berkaitan dengan perkembangan sosial dan emosional dibanding Piaget, karena ia melihat interaksi sosial sebagai inti dari belajar.
Perbandingan Piaget dan Vygotsky
AspekJean PiagetLev Vygotsky
Fokus utamaTahap kognitif individuInteraksi sosial dan budaya
Peran orang lainRelatif kecil, anak lebih mandiriSangat penting sebagai pendamping
BahasaSekunder terhadap berpikirAlat utama dalam berpikir dan mengatur emosi
Moral & emosiBergantung pada tahap kognitifBerkembang melalui interaksi sosial sejak dini
Konteks budayaCenderung universalRelatif terhadap budaya dan masyarakat
Implikasi bagi Pendidikan
Pemikiran Piaget dan Vygotsky dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam mengembangkan aspek sosial dan emosional siswa.
Aktivitas Kolaboratif
Guru dapat membuat diskusi kelompok, permainan peran, atau kerja sama tim agar siswa belajar berinteraksi, menghargai pendapat, dan mengendalikan emosi.
Scaffolding dalam Keterampilan Emosional
Misalnya, ketika siswa marah karena kalah dalam permainan, guru dapat membantu dengan memberi contoh cara menerima kekalahan, lalu membimbing siswa untuk mencoba sendiri di kesempatan berikutnya.
Refleksi Diri dengan Bahasa
Guru bisa melatih siswa menggunakan self-talk positif. Contoh: sebelum presentasi, siswa diajak mengatakan, "Saya siap, saya bisa." Cara ini membantu regulasi emosi.
Menyesuaikan dengan Tahap Perkembangan
Sesuai gagasan Piaget, tugas sosial-emosional harus sesuai tahap berpikir anak. Anak SD cocok dengan contoh konkret, sedangkan remaja SMA bisa diajak berdiskusi isu sosial yang lebih abstrak.
Konteks Budaya Lokal
Guru perlu memasukkan nilai-nilai budaya dan norma masyarakat sekitar dalam pembelajaran sosial-emosional, agar anak lebih mudah memahami dan menerapkannya.
Penutup
Baik teori Piaget maupun Vygotsky memberikan kontribusi besar dalam memahami perkembangan sosial dan emosional anak. Piaget menekankan pentingnya perkembangan kognitif sebagai dasar kemampuan sosial, sementara Vygotsky menyoroti interaksi sosial, scaffolding, dan peran budaya.
Dalam praktik pendidikan, menggabungkan keduanya bisa menjadi pendekatan yang paling ideal. Guru perlu memahami tahap perkembangan kognitif anak (Piaget), sambil terus memberi dukungan, interaksi, dan pembelajaran kolaboratif (Vygotsky). Dengan demikian, anak tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga mampu mengelola emosi, berempati, serta berinteraksi dengan baik di masyarakat.
Referensi:
Kompasiana: Teori Perkembangan yang Dikemukakan oleh Lev Vygotsky dan Jean Piaget (2024).
Santrock, J. W. (2018). Educational Psychology. McGraw-Hill Education.
Berk, L. E. (2013). Child Development. Pearson Education.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI