Bang Andi mempunyai rasa kesosialan yang tinggi. Ketika bulan puasa tiba Bang Andi  membeli makanan untuk dibagikan kepada narapidana. Bang Andi juga amat peduli pada anak-anak muda, katanya pemuda itu tiang penyanggah bangsa. Bang Andi ialah seorang sarjana Ilmu Filsafat ,seorang ayah dari lima anak yang lucu-lucu. Kegemaran fanatiknya adalah membaca buku. Sering Siti meminjam berbagai jenis macam buku dengan Bang Andi.
Pada suatu pagi dibawah pohon jengkol di dekat empang ikan Lele ia kembali mengeluarkan kata-kata yang hampir mirip dengan kata-kata yang sering dikeluarkan para politisi ketika kampanye
"Generasi muda itu penerus bangsa maka harus ada pembelajaran khusus tidakcukup hanya dibangku kuliah saja".
Kepeduliannya terhadap pemuda  itu ia wujudkan dengan mendirikan organisasi sosial khusus untuk menampung anak-anak muda yang ingin belajar "Makna Hidup" versi Bang Andi.Â
Organisasi sosial yang didirikannya itu baru lima tahun berjalan, Siti mendapat kabar bahwa sudah banyak alumninya. Siapa yang ingin belajar dan bergabung  dengan  organisasi "Makna  Hidup"  tidak  akan  dipungut  pajak apapun.
Kebanyakan anggota organisasi "Makna Hidup"adalah perempuan hanya lima laki-laki dari dua puluh  anggota.  Semua sudah Siti pelajari di dalam organiasai "Makna Hidup" silabus pendidikannya lengkap mulai dari mencari ilalang untuk atap markas, mengumpulkan bambu sampai satu truk untuk kandang, menanam bunga, memasak, memanjat jengkol, berdikusi dengan tema-tema mentering seperti Nasionalisme, Wawasan Nusantara, Idealisme, Pembentukan Karakter, Kepemimpinan, Agitasi Propaganda, Kehidupan Setelah Mati, Melobi Pejabat- Pejabat Dari Kepala Dinas, DPR sampai Gubernur dan sebagainya
 ####
Terhitung  dua  minggu  sudah  Siti  dan  teman-temannya  masuk  organisasi yang dipimpin  oleh  Bang  Andi.  Rasanya  selama  dua  minggu  bergabung  dalam organisasi "Makna Hidup"  Siti dan teman-temannya benar-benar menemukan obat penawar mononton.
 Organisasi Makna Hidup mengobati kejenuhan Siti dari sistem dan kebudayaan pendidikan yang selama ini ia temui.  Kebudayaan yang sudah melembaga di sekolah maupun universitas.Â
Kebudayaan yang harus dianut dalam sekolah dan universitas itu yaitu  cepat-cepat sekolah kalau bisa tidak lama setelah keluar dari perut langsung sekolah, sekolah ditempat mentereng dimata orang-orang.  Dapat nilai besar, tidak peduli jika nilai besar itu hasil menyontek, menjilat guru atau dosen.Â
Juara, yang penting juara tidak peduli jika juara tersebut sebenarnya semu. Cepat lulus biar bisa memajang foto hari kelulusan di dinding rumah.Terakhir, dapat pekerjaaan dan kaya raya, entah bagaimana jalannya. Siti sempat ragu sekolah, jika itu yang menjadi tujuan dasar ia sekolah selama ini.