Mohon tunggu...
Elnado Legowo
Elnado Legowo Mohon Tunggu... Penulis

Kata-kata memiliki kekuatan untuk mengesankan pikiran tanpa menyempurnakan ketakutan dari kenyataan mereka. - Edgar Allan Poe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nenek, Burung Hantu, dan Frater - Part 1

27 September 2025   18:00 Diperbarui: 27 September 2025   12:49 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Benda ini harus dibuang!"

"Frater yakin hiasan ini harus dibuang? Ini ukiran diorama bayi Tuhan Yesus bersama Bunda Maria dan Santo Yosef di kandang sapi." tanya Ricky terkejut dan bingung saat melihat hiasan tersebut.

Untuk pertama kalinya, Frater Damianus terdiam. Ekspresi tegas dan penuh keyakinannya pudar, disusul dengan munculnya ekspresi kaget dan keraguan.

"Ohh... okelah. Kalau begitu, hiasan ini tidak usah dibuang." jawabnya sambil menaruh hiasan tersebut di atas meja belajar.

Walaupun begitu, kerusakan sudah terjadi. Hiasan itu tidak pernah kembali ke tempatnya semula---karena dipasang dengan lem tembak yang merekat kuat di dinding. Untung wallpaper ruang kerja Ricky tidak ikut rusak. Akan tetapi, timbul rasa janggal di hati Ricky---seakan peristiwa itu membuka kedua matanya untuk meragukan kemampuan indigo Frater Damianus.

Singkat cerita, setelah mereka berkeliling rumah dan menyingkirkan benda-benda yang dianggap sarang atau magnet bagi roh jahat, Frater Damianus kembali ke ruang tamu dan membuka kitab doa di hadapannya, lalu melafalkan serangkaian doa pemberkatan dengan suara lantang---walau tidak selantang seperti awal-awal.

Ketika selesai, Frater Damianus menatap Ricky dan Ibu, terus berkata dengan penuh keyakinan, "Semua benda terkutuk sudah disingkirkan. Roh-roh jahat tidak akan berani lagi mendekat. Dalam tiga hari, saya berani pastikan, nenek kalian akan tenang---bahkan lebih sehat daripada sebelumnya!"

Dia meminta mereka untuk melaksanakan beberapa doa setiap malam sebelum tidur selama seminggu, sebagai bagian dari proses penyucian rumah dan seluruh anggota keluarga. Sebelum berdoa, kata Frater Damianus, Nenek harus diolesi air suci dan minyak zaitun (minyak krisma) di dahi, dada, dan perut.

"Ini penting! Supaya perlindungan Roh Kudus tetap menyertai Nenek kalian!" tegasnya.
 
Frater Damianus juga menambahkan bahwa minggu depan dia akan datang lagi demi melanjutkan ritual pembersihan, sekaligus menentukan tanggal terbaik ritual kwee pang untuk Ricky dan Ibu.
 
Sebelum dia beranjak pergi, Ibu menahannya sambil berkata, "Frater, sebelum pulang, boleh tolong doakan Nenek?"
 
Ibu sadar, sejak tiba Frater Damianus belum sekalipun menghampiri Nenek untuk mendoakannya. Namun, secara sekilas, raut Frater Damianus mengeras---entah keberatan atau hanya ingin segera pulang. Lantas dengan langkah yang terasa enggan, Frater Damianus masuk ke kamar Nenek. Dia duduk di sebelah kasur, lalu meletakkan tangan kanannya ke dahi Nenek. Doanya sangat singkat; nyaris tergesa; seakan hanya formalitas. Entah bagaimana, selama didoakan Nenek sama sekali tidak tenang, justru makin meronta-ronta. Frater Damianus menyimpulkan dengan percaya diri, bahwa roh jahat yang mendiami tubuh Nenek sedang terbakar oleh kuasa doanya.

Usai doa, Ibu menyerahkan sekotak makanan dan amplop berisi uang senilai ratusan ribu rupiah sebagai tanda terima kasih kepada Frater Damianus. Terus, Ibu meminta Sopir Pribadi untuk mengantarnya pulang ke Jakarta Barat. Ricky menatap kepergian Frater Damianus dengan hati dan pikiran yang diselimuti oleh kejanggalan dan dilema. Ada yang salah dari Frater Damianus, tapi dia belum bisa menguraikannya.

Lantas Ricky kembali masuk ke rumah. Seketika dadanya terasa perih saat melihat kandang Burung Hantu yang sudah kosong; ditambah dengan hiasan-hiasan rumah yang dulunya setia menyambut kehadirannya dengan penuh warna dan kehangatan, kini mereka sudah tidak ada lagi. Hati kecilnya bertanya-tanya, apakah semua ini benar-benar demi kebaikan, atau justru sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun