Frater Damianus lantas memimpin doa dengan suara lantang dan penuh penekanan. Namun, di tengah-tengah lantunan doa, dia menyisipkan cerita pengalamannya---bagaimana dia pernah menyelamatkan keluarga-keluarga dari gangguan roh jahat, dan menceritakan secara detail permasalahan yang mereka miliki. Awalnya Ricky kaget---bukan karena ceritanya yang fantastis, tapi karena mengira doa sudah usai---lalu segera membuat tanda salib. Setelah Frater Damianus selesai membagi ceritanya dan sedikit mengobrol dengan Ibu---yang penasaran dengan kasus yang pernah ditanganinya---dia melanjutkan kalimat doa dan baru mengucapkan "amin" lalu membuat tanda salib. Momen itu membuat Ricky bingung. Walaupun begitu, Ricky tetap mengakui bahwa kisah-kisah yang dibawakan Frater Damianus begitu mencekam, penuh gambaran yang mengerikan, mengejutkan, dan bahkan amat dramatis. Meski di akhir ceritanya dibalut dengan aksi heroik---seakan Frater Damianus adalah satu-satunya orang yang dapat mengalahkan kuasa gelap dan melindungi para kliennya.
Nenek menjerit-jerit tanpa henti dari dalam kamarnya. Dia mulai menjerit sejak Frater Damianus mulai membaca nama dan tanggal lahir mereka sekeluarga; lalu semakin memburuk saat Frater Damianus memimpin doa---sampai menendang-nendang pintu kamar secara frontal, meski sudah dicegah oleh Suster. Ditambah lagi dengan suhu rumah yang memanas, membuat suasana jadi sangat tidak menyenangkan. Ricky dan Ibu sangat berharap Frater Damianus mampu mengusir apapun yang merasuk dan mengacaukan jiwa serta pikiran Nenek, agar kegilaan ini segera berakhir.
"Sebelum kita lanjut ke tahap berikutnya," ujar Frater Damianus sambil berdiri dari sofa ruang tamu, "Saya harus katakan, sejak pertama kali melangkah masuk ke rumah ini, tubuh saya terasa panas dan gemetar. Ada banyak barang di rumah ini yang harus segera disingkirkan!"
Frater Damianus beranjak dan menunjuk hiasan logam dinding berbentuk cetakan Batik yang terpajang di dinding perantara ruang tamu dengan ruang utama.
"Buang ini!" tegasnya.
Setelah itu, Frater Damianus mulai menelusuri ruang demi ruang, menunjuk benda apa saja yang dianggap sarang atau magnet bagi roh-roh tidak suci, dan memerintahkannya untuk dibuang. Mulai dari patung, tanaman sintetis, hiasan, boneka, bahkan lukisan petani yang memanen sawah hijau. Semuanya diperintahkan untuk segera disingkirkan, kecuali benda-benda bersifat rohani. Ibu dan Ricky sangat kewalahan saat menandai dan mengangkut barang-barang yang harus disingkirkan. Sampai-sampai Ibu harus memanggil Sopir Pribadinya untuk datang membantu---bahkan Suster pun diminta bantuannya walau sebentar.
Pelan-pelan Ricky mulai menyadari, bahwa barang-barang yang dipilih dan dibuang, semuanya adalah peninggalan Ayah dan Kakek. Bahkan Ricky sadar, sudah hampir separuh lebih isi rumah mereka diangkut ke tumpukan barang "terkutuk" siap dibuang di teras. Di dalam rumah, yang tersisa hanyalah perabotan dasar, barang elektronik, dan benda-benda bersifat rohani. Suasana rumah benar-benar terasa berbeda. Ruangan yang tadinya hidup, hangat, dan penuh warna, sekarang terasa hampa dan dingin. Tetapi Frater Damianus meminta Ricky untuk mengikhlaskan semua itu, karena menurutnya Ayah dan Kakek sudah tiada---lagipula semua ini demi pembersihan rumah dari roh jahat, agar Nenek bisa sembuh.
Tidak berhenti pada hiasan rumah, kini Frater Damianus mulai mengalihkan perhatiannya ke struktur rumah. Pandangannya tertuju pada tiang penyangga yang terletak tidak jauh di seberang kamar Nenek.
   Â
"Tiang ini harus dibongkar! Atau didesain ulang! Posisi seperti ini memotong pintu masuk kamar Nenek kalian secara vertikal. Sangat tidak baik secara Feng Shui." ujar Frater Damianus.
Lagi-lagi dia bercerita tentang seorang kenalannya yang memiliki arsitektur serupa di rumahnya. Menurutnya, orang itu mengalami nasib buruk bertubi-tubi---usahanya bangkrut, anaknya sakit-sakitan, hingga ditinggal selingkuh istrinya. Semua disebabkan karena saudaranya iri dengan pencapaian usahanya, sehingga dengan sengaja mendirikan sebuah tiang penyangga di depan pintu utama---tampak memotong secara vertikal---saat membantu pembangunan rumahnya. Ibu terbawa dengan cerita tersebut, sehingga dia segera memanggil Sopir Pribadi demi mengatur penyelesaian masalah tiang tersebut. Entah didesain ulang atau dibongkar. Entah baiknya dieksekusi dalam waktu dekat atau lain waktu---Frater Damianus memaksanya agar segera diurus.
Arkian, Ibu lantas menuntun Frater Damianus ke arah luar rumah. Tepatnya ke kandang Burung Hantu peliharaan Ricky.
"Frater, Burung Hantu ini apakah aman untuk dipelihara? Sebab keponakanku, Tante Inaya, menyarankan untuk tidak ditaruh di luar."