Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Tenanglah Maria, Ia Sudah Mati

8 Agustus 2016   10:15 Diperbarui: 17 Oktober 2021   13:54 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
concreteroserevolution.blogspot.com

Maria menangis di hadapanku. Pundaknya terguncang hebat. Matanya sembap. Sesekali ia menghidu ingusnya hingga menimbulkan bunyi 'sruft' yang menjijikkan. 

"Jangan dulu tumbuh dewasa sepertiku, Elona," Maria menatapku. Air matanya tak henti mengalir.

"Umurku baru sebelas tahun, Maria," aku menyela.

"Tetaplah sebelas tahun. Jangan pernah mendapat menstruasi," Maria membisikiku. Aku terperangah. Mengapa Maria berkata begitu? Apa yang telah terjadi padanya?

Bibi Femi muncul dari ruang dalam. Ia mendekati kami dan menepuk pundak Maria.

"Sudah waktunya kau menghadap Hyena, Maria."

Maria menyeka air matanya dengan punggung lengannya yang kurus.

"Ibu, ritual pembersihan itu menakutkanku," Maria menatap Bibi Femi dengan wajah memelas. Bibi Femi seolah tak mendengar. Perempuan bertubuh tambun itu mendorong Maria supaya berdiri. Aku sempat terheran melihat perlakuan Bibi Femi yang menurutku, sungguh, teramat sangat kasar.

Maria terlihat putus asa. Ia berdiri limbung.

"Sekali lagi Leona, jangan pernah tumbuh dewasa," ujarnya sebelum melangkah pergi meninggalkan rumah.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun