Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menjelang Pagi

29 Maret 2021   01:26 Diperbarui: 29 Maret 2021   01:29 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Eko Irawan menjelang pagi

Apa yang ku cari. Aku diam. Karena aku bertengkar dengan diriku sendiri. Drama paling munafik. Antara ideal dan kebutuhan.

Idealnya itu bagus. Tapi tak bisa kuraih. Hanya mengejar mimpi kosong. Karena Yang Terbaik hanya milik Allah. Semakin kukejar, semakin hampa. Hingga terlunta lunta. Dalam lapar dan haus. Tanpa pertolongan.

Kebutuhanku itu satu saja. Hadirmu, kekasihku. Semakin kutolak, semakin sengsara aku. Ini amanat. Ini doa. Engkau mengujiku. Agar aku tangguh. Tak mudah keluh kesah.

Berpuluh tahun kumelawannya. Hasilnya aku menderita. Kuingin patuh, tapi tak ada yang percaya. Dikira membual. Dan banyak cobaan. Ilusi hidup, fatamorgana kisah.

Aku kehilangan arah. Sudah berapa waktu, berlalu. Selalu pulang menjelang pagi. Tak kenal libur. Tak ada bahagia. Hanya caci maki penuh dendam, cita cita yang tak kunjung berwujud.

Kasihku, dukunglah aku. Doakan agar ini jadi mudah. Mungkin kau lebih percaya omongan ghibah. Kau akan hidup denganku, bukan dengan bacot mereka. Bukti apalagi yang kau pinta. Lihatlah dengan hati, tulusnya cintaku padamu.

Jangan takut ini salah. Kenapa tak kau akui aku siapa. Cinta bukan dolanan. Semua tahu kita sedang apa. Aku tak nekad, aku yang semakin terbunuh. Karena ini tentang amanat. Bukan tentang janji para munafik keparat. 

Terimalah, karena ragu akan memasukan duri dalam langkah langkahmu. Hidup ini sudah pahit, kenapa diperumit. Dengan aturan yang penjarakan jiwa. Untuk apa ideal, jika hanya omong kosong.

Jangan biarkan aku semakin kesepian. Temani aku dengan tekad. Biarkan orang lain menganggap ini gila. Kita tak melawan arus. Tapi kita membangun jalan takdir terindah. Disisa usia yang semakin menua.

Kasihku, buatlah aku semakin mantap meminangmu. Doakan bekalku segera terwujud. Aku sudah capek. Kita bukan sedang main main. Saatnya berani memutuskan. Karena ini hidup kita sendiri. Tentang aku dan kamu.

Renungan menjelang pagi. Semoga berkah kemudahan segera terwujud. Aku jangan diuji lagi Ya Allah. Aku sudah tak mampu hidup dalam kisah seperti ini. Cukupkan sampai disini saja. Agar esok aku bisa beribadah padaMu.

Malang, 29 Maret 2021

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun