Ari mengambil sesuatu dari ranselnya.Â
"Ini spesial buat sahabatku" katanya mengeluarkan sepucuk undangan.Â
Gawat, apakah Ari akan menikah.  Bukankah selama ini dirinya tidak punya kekasih.  Lalu siapa wanita  itu,  apakah pilihan ibunya?Â
Aku menerima undangan yang diberikannya padaku. Terus terang aku patah hati. Â Lelaki yang kukagumi sedari lima tahun yang lalu akan secepat ini menikah.Â
"Acaranya minggu depan, Â usahakan hadir ya" katanya dengan suara datar.Â
Kubuka undangan  pernikahan  tersebut.Â
Matahari menikah  dengan Rinai Hujan.Â
Sejak kapan kedua sahabatku itu merajut kisah asmara. Â Bukankah Rinai tidak pernah menganggap Ari lelaki yang istimewa.Â
"Mengapa Rinai? " tanyaku
Ari mengernyitkan dahi, "Maksudnya?"
"Maksudku aku tidak pernah melihat kalian romantis satu sama lain" ucapku gelagapan. Â Tentu saja itu pertanyaan terbodoh yang pernah keluar dari mulutku.Â