Rinai masih setia tinggal di Surabaya. Ibunya yang sakit-sakitan tidak bisa dia tinggalkan hidup sendiri. Â Sejak setahun lalu kepergian ayahnya menghadap Sang Illahi, Â kondisi kesehatan ibu Rinai kian menurun.Â
Sementara itu, Â Ari bekerja di LEN (lembaga elektronika nasional) Â di kota Bandung. Â Dua minggu sekali aku bertemu dengan Ari. Â Kadang hanya sekedar ngopi sembari diiringi cerita-cerita kecil. Â Kadang juga kami ikut menikmati kemacetan kota Bandung saat weekend, Â bertamasya kesna kesini. Â Banyak sekali tempat wisata yang bisa dikunjungi di kota bergelar Paris van Java ini.Â
Handphone ku bergetar, Â ada panggilan video whatapps dari Rinai.Â
"Sinarrrr... "
"Hai Rinai., lagi apa? "
"Abis nganter ibu ke rumah sakit. Â Tekanan darahnya sempat tinggi"
"Rawat inap apa rawat jalan? Â "
"Ini cuman minta obat saja dari dokter. Â Ibu nggak mau nginep di rumah sakit. Maunya rawat jalan saja"
"Ooo... "
"Ari mana? "
Lelaki yang berada di samping Sinar pun menampakkan batang hidungnya.Â