Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Mati (1.Kampung Keramat)

29 Januari 2022   15:18 Diperbarui: 29 Januari 2022   15:31 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diolah pribadi dengan pictsart app

"Kayu tinggi si pohon ara

Anak gembira bermain layang-layang

Dimanapun duhai kau berada

Sehat-sehatlah badan jangan lupa sembahyang"

 Adalah beberapa contoh bait pantun yang disenandungkan emak sejenak menunggu waktu Isya di beranda rumah dimana banyak bunga bakung putih sedang bermekaran. Angin sepoi malam yang membawa semerbak harum bunga melati, kenanga dan kamboja secara bergantian yang tumbuh subur di sekitar pekarangan rumah kami.

 Seroja. Menurut cerita emak yang aku anggap benar adanya yang mereka dulunya sejak kecil merupakan teman sepermainan.

Tragisnya, Seroja dibuang oleh orangtuanya sebab dia berbeda; tidak bisa berbicara selayaknya anak normal lainnya. Hubungannya mereka berdua kuakui sangat dekat. Dapat dikatakan lebih dari ikatan saudara sekandung meski komunikasi bahasa isyarat yang digunakan hanya emak dan Seroja saja yang mengetahuinya. Seorang perempuan bisu yang kuperkirakan saat mudanya pastilah seanggun emak. 

Seorang yang sangat artistik. Beliau sangat mahir mengayam kerajinan tangan berbahan benang dan dedaunan. Ia kelihatan selalu rapi dan serasi dalam berpakaian. Dengan gaun yang dipakai dan riasan minimalis diwajahnya sudah melipatgandakan aura kecantikannya.

 "Emak sembahyang Isya dulu Dewa..,jangan sampai larut malam diluar," nasehatnya kepadaku seraya diiringi bunyi berderik kursi rotan tua saat emak bangkit dari duduknya untuk membuka pintu masuk rumah yang tersusun dari papan-papan kayu.

 Hanya ada dua lampu pelita didalam rumah. Bahan bakar nya berasal dari minyak tanah. Kadang pelita tersebut mati saat diterpa angin yang bertiup kencang masuk melalui celah-celah dinding papan yang susunannya sudah tidak rapat lagi.  

Satu pelita diletakkan diruang dapur untuk memberikan penerangan saat emak mengambil air wudhu. Satunya lagi pelita diletakkan untuk menerangi ruang tengah yang tidak seberapa luasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun