Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Mati (1.Kampung Keramat)

29 Januari 2022   15:18 Diperbarui: 29 Januari 2022   15:31 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diolah pribadi dengan pictsart app

Ruangan yang banyak tertempel foto artis terkenal dalam ukuran poster dinding. Ada gambar si raja dangdut Rhoma Irama bergaun putih bersih seperti seorang haji bersama gitarnya yang fenomenal dan beberapa artis penyanyi dangdut wanita terkenal lainnya yang tersenyum manis seperti Elvy Sukaesih dan Rita Sugiarto, biduanita yang juga teman duet si raja dangdut. Lagu-lagunya sebagai penglipur lara orang-orang dikampung. Ruang lainnya tetap dibiarkan gelap gulita agar bisa menghemat minyak tanah yang tidak mudah didapat serta mahal. 

Pelita bersumbu memantulkan cahaya yang samar. Meskipun begitu api kecil pelita tersebut pasti akan mengeluarkan jelaga hitam dimana-mana. Bau khas minyak tanah terbakar didalam ruangan secara otomatis tercium saat hidung kita pertama kali memasuki rumah. 

 "Mengapa hidungmu menghitam?" seorang tamu pernah bertanya sambil menahan tawa sambil menunjuk hidung temannya yang baru saja bangun dari tidurnya. Hitam yang sangat kentara terlihat terutama ditempat sekitar lubang hidungnya. Terlihat lucu. Gelak tawa pagi itu tidak terelakkan lagi. Disebabkan antara yang menunjuk dan ditunjuk sama saja kondisinya.

 Kehidupan serba terbatas yang tinggal dipelosok negeri. Tidak ada hiburan apapun. Aku hanya biasa menikmati langit yang sesaat tadi sempat berawan kehitaman, sekarang berganti ke langit yang terbentang cerah bertaburan bintang dengan cahaya terang. Panggung alam maha luas yang disediakan tuhan secara gratis telah memberikan hiburan dan jeda sejenak dari rutinitas harian. Seperti biasanya juga setelah waktu Isya berlalu, hanya aku yang masih melanjutkan lamunanku yang tiada bertepi disaat emak telah terlena di peraduannya.

Namaku Dewa Kelana, sebuah nama pemberian kedua orangtuaku. Biasanya cukup dipanggil Dewa. Aku adalah salah seorang anak yang beruntung dikampungku. 

Pada suatu waktu aku terpaksa sekaligus dipaksa ayah emak untuk bersekolah jauh di kota. Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan akhirnya aku dapat menyelesaikan sekolah menengah atasku. Orang yang bisa yang menamatkan sekolahnya hingga SMA tidak sampai sejumlah jari sebelah tangan. 

Diperlukan komitmen sangat tinggi untuk menyelesaikannya. Bagi yang menuntut ilmu harus siap dengan berbagai keterbatasannya saat dirantau. Dan yang menjadi penentu adalah ridho dari kesediaan orangtua yang rela anaknya tidak membantu penghidupan keluarganya. Oleh sebab itu setelah menamatkan sekolah dikota aku bertekad untuk kembali kekampung halaman terutama untuk menemani emak yang saat ini tinggal sendirian.

Seperti kata pepatah tiada gading yang tak retak. Sampai saat ini aku tidak berani menatap dengan tegar jika berhadapan dengan lawan jenis. Sifatku yang sangat pemalu. Sehingga membuat aku suatu waktu kadang tidak berkutik saat dikerjai oleh teman-teman perempuan disekolah. 

"Dewa...aku jatuh hati dengan dagumu yang terbelah," adalah salah satu contoh pernyataan yang bagiku masih dapat kutolerir. Tetapi pada suatu waktu ada kejadian

"Dewa Kelana" seorang gadis satu sekolah setengah berteriak memanggil dan berlari kecil menghampiriku sambil berusaha meraih tanganku dan melanjutkan ucapannya

"Dewa...aku telah jatuh hati kepadamu sejak pandangan pertama," ujar seorang gadis lain kelas secara tegas dan tanpa beban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun