Kemudian pohon dengan diameter diatas 50 sentimeter diolah menjadi balok-balok kayu siap jual ke konsumen oleh tauke di kota. Tak terkira sudah keringat sebesar bulir-bulir jagung keluar dari kulit, berjuang demi nasib keluarga yang lebih baik.Â
 Tanjung Buih nama lengkap emak kadang dipanggil. Saat ini memang lagi menunggu dengan kesabaran tiada batas. Kepergian kakak perempuanku mengadu nasib ke negeri tetangga sejak setahun yang lalu juga tanpa ada kabar. Semuanya seperti menghilang tanpa jejak. Seperti tidak ada ruang yang diberikan oleh pemegang kehidupan untuk emak, agar bisa menghela nafasnya sejenak dari kesusahan hidup.Â
Kepergian anggota keluargaku merantau semuanya dengan tujuan agar nasib keluarga berubah lebih baik. Meski pada akhirnya garis tangan yang sudah dijanjikan yang menentukan. Seperti saat ini, emak harus menanggung beban menghadapi nasib yang kurang berfihak kepadanya. Suami dan darah dagingnya, satu persatu seperti hilang ditelan bumi.
Pernah suatu malam dengan nada bergetar dan wajah menahan tangis emak tiba-tiba berucap
"Aku akan mengirimmu kesuatu tempat untuk mencari ayah dan adikmu yang belum kembali." Ia sangat terlihat menyadari apa yang diucapkannya dan ungkapan yang masih menjadi misteri bagiku. Tentunya hasilnya akan mengakibatkan ditemukannya ayah dan adikku yang hilang sekaligus beresiko mungkin akan kehilangan semuanya. Aku anak lelaki satu-satunya yang masih tertingggal.
Kesusahan emak menjadi berlipat saat aku terlambat pulang ke rumah. Cuaca buruk dan ombak besar kadang membuatku menangguhkan untuk kembali kerumah. Sering terjadi terutama saat membawa orang-orang yang berkunjung ke Pulau Penyu.
Pernah diceritakan oleh Seroja. Seorang perempuan bisu seumuran emak. Teman setianya dan sudah kami anggap bagian dari keluarga. Dengan bahasa isyaratnya kufahami bahwa perempuan cantik paruh baya Tanjung Buih akan selalu pergi dan menunggu dengan tersenyum ditepi dermaga kampung hanya untuk menungguku pulang dengan selamat.
"Pohon kelapa tinggi menjulang
Pipit terbang pulang ke kandang
Dimanakah engkau belum juga pulang
Disini eBu merindumu pulang"