Mohon tunggu...
Diwana Fikri Aghniya
Diwana Fikri Aghniya Mohon Tunggu... Kepala Biro Bandung Barat dan Jurnalis di Suara Utama

Lulusan Magister Pendidikan UPI dan Magister Manajement UNISSULA. Saat ini menyalurkan hobi menulis sebagai seorang jurnalis dan Kepala Biro di Redaksi Suara Utama.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perspektif Filsafat pada Hakikat Manusia sebagai Mahluk yang Berpikir, Bertindak dan Merasa

16 Oktober 2025   15:37 Diperbarui: 16 Oktober 2025   15:37 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hakikat Manusia Secara Umum

Secara umum, manusia merupakan salah satu jenis makhluk yang sudah ribuan abad lamanya yang menghuni di muka bumi . Banyak argumen tentang apa yang dimaksud manusia , sehingga pengertian manusia diartikan banyak oleh masyarakat umum. Berikut pengertian manusia dengan berbagai pendapat:

Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat yang mulia. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yang luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yang bebas -- kepadanya dunia alam --world of nature--, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan

Manusia adalah makhluk yang sadar. Ini adalah kualitasnya yang paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yang tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yang ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yang tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yang benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yang lebih mulia daripada eksistensi. Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.

Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu --quasi-miracolous-- yang memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yang tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yang belum diberikan alam.

Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yang ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yang ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yang seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yang ada. Kekuatan inilah yang selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.

Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yang lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.

Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yang tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.

Secara umum manusia merupakan makhluk hidup yang mempunyai akal pikiran dan hati nurani, sehingga dapat membedakan yang mana yang baik dan mana yang buruk. Manusia juga makhluk hidup  yang paling sempurna di muka bumi ini baik dari sistem tubuhnya maupun dari koordinasi dalam hidup kesehariannya

Hakikat manusia juga dapat ditinjau dalam berbagai perspektif umum, misalnya perspektif filasafat, ekonomi, sosiologi, antropologi dan psikologi. 

Hakikat Manusia Dalam perspektif Filsafat

Disimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki nalar intelektual. Dengan nalar intelektual itulah manusia dapat berpikir, menganalisis, memperkirakan, meyimpulkan, membandingkan, dan sebagainya. Nalar intelektual ini pula yang membuat manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang salah dan yang benar.

Hakekat Manusia

Pada saat-saat tertentu dalam perjalanan hidupnya, manusia mempertanyakan tentang asal-usul alam semesta dan asal-usul keber-ada-an dirinya sendiri. Terdapat dua aliran  pokok  filsafat   yang  memberikan  jawaban  atas pertanyaan  tersebut,  yaitu Evolusionisme dan  Kreasionisme  (J.D.  Butler, 1968). Menurut Evolusionisme,  manusia adalah  hasil  puncak  dari  mata   rantai  evolusi  yang  terjadi  di  alam  semesta.  Manusia  sebagaimana  halnya alam  semesta ada  dengan sendirinya berkembang dari alam  itu sendiri, tanpa Pencipta. Penganut aliran ini antara lain Herbert Spencer, Charles Darwin, dan  Konosuke  Matsushita. Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan bahwa asal usul manusia sebagaimana halnya alam semesta adalah ciptaan suatu Creative Cause atau Personality, yaitu Tuhan YME. Penganut aliran ini antara lain Thomas Aquinas dan Al-Ghazali. Memang  kita  dapat  menerima  gagasan  tentang  adanya  proses  evolusi  di  alam semesta termasuk pada  diri  manusia,  tetapi  tentunya kita   menolak pandangan  yang menyatakan adanya manusia di alam semesta semata-mata sebagai hasil evolusi dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta.

Wujud dan Potensi Manusia

Wujud  Manusia. menurut  penganut  aliran  Materialisme yaitu  Julien  de  La Mettrie bahwa  esensi  manusia  semata-mata  bersifat  badani,  esensi  manusia  adalah tubuh atau fisiknya.  Sebab itu, segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah dipandangnya  hanya  sebagai  resonansi  dari  berfungsinya  badan  atau  organ  tubuh. Tubuhlah yang mempengaruhi jiwa. Contoh: Jika ada organ tubuh luka muncullah rasa sakit.  Pandangan  hubungan  antara  badan  dan  jiwa  seperti  itu  dikenal  sebagai Epiphenomenalisme (J.D. Butler, 1968). Bertentangan  dengan  gagasan  Julien  de  La  Metrie,  menurut Plato salah seorang  penganut  aliran  Idealisme -bahwa  esensi   manusia  bersifat  kejiwaan/spiritual/rohaniah. Memang  Plato  tidak   mengingkari  adanya  aspek  badan,  namun menurut  dia  jiwa  mempunyai  kedudukan  lebih  tinggi  daripada  badan.

Dalam Perspektif Ekonomi.

Dalam perspektif ekonomi, manusia adalah makhluk ekonomi, yang dalam kehidupannya tidak dapat lepas dari persoalan-persoalan ekonomi. Komunikasi interpersonal untuk memenuhi hajat-hajat ekonomi atau kebutuhan-kebutuhan hidup sangat menghiasi kehidupan mereka.

Dalam Perspektif Sosiologi

Manusia adalah makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari manusia lainnya. Bahkan, pola hidup bersama yang saling membutuhkan dan saling ketergantungan menjadi hal yang dinafikkan dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Dalam Perspektif Antropologi

Manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Ia senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis.

Dalam Perspektif Psikologi

Manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa merupakan hal yang esensisal dari diri manusia dan kemanusiaannya. Dengan jiwa inilah, manusia dapat berkehendak, berpikir, dan berkemauan.

Manusia sebagai Mahluk Berpikir

Manusia mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berpikir yang ada dalam satu struktur dengan perasaan dan kehendaknya (sehingga sering disebut sebagai makhluk yang berkesadaran). Aristoteles memberikan identitas sebagai animal rationale. Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berpikir. Apa yang dipikirkan oleh manusia? Manusia memikirkan segala sesuatu, baik yang dapat diindera maupun yang tidak dapat diindera. Segala sesuatu yang dapat diindera manusia disebut pengalaman atau experience, sedangkan segala sesuatu yang tak dapat diindera oleh manusi disebut dunia metafisika (meta = beyond, metafisika = beyond experience. Berpikir tentang experience disebut berpikir empirikal, dan berpikir tentang dunia metafisika disebut berpikir transcendental.

Berpikir adalah olah otak untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui. Dengan demikian, berpikir mestinya menghasilkan tahu tentang sesuatu, yang jika diakui secara umum menjadi pengetahuan. Proses mengetahui sesuatu itu membutuhkan waktu berpikir, prosesnya dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung pada kerumitannya. Lazimnya, cara berpikir untuk mengetahui sesuatu itu adalah dengan mengurai atau merangkai sesuatu yang menghasilkan pengertian dan pengetahuan baru. Kegiatan mengurai atau merangkai sesuatu dalam proses berpikir adalah dua hal yang saling berkaitan

Otak manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right hemisphere) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik seperti membaca, bahasa dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan respons berbeda dan harus tumbuh dalam keseimbangan.

Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan menarik kembali informasi di kemudian hari. Sayangnya, sistem pendidikan modern memiliki kecenderungan untuk memilih keterampilan-keterampilan "otak kiri" yaitu matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan dari pada seni, musik, dan pengajaran keterampilan berpikir, terutama keterampilan berpikir secara kreatif.

Apa yang dipikirkan manusia terpusat pada diri sendiri: asal mulanya, keberadaan, dan tujuan akhir hidupnya. Pengenalan manusia terhadap segala sesuatu di diawali secara represif: makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain. Selanjutnya dikenal pula orang tua, saudara, dan orang lain dalam hubungan yang semakin jauh. Berkat perkembangan alam pikiran dan kesadarannya, manusia mulai mengenal makna masing-masing secara kritis. Kemudian kedudukan, fungsi dan keterkaitan antara satu dengan yang lain, yang membuat esensi dan eksistensi setiap hal menjadi semakin jelas. Pengenalan manusia kemudian berkembang menjadi semakin kreatif. Kreativitas ini memungkinkan manusia membuat makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain, dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitamya, termasuk juga menciptakan grup-grup sosial yang baru.

Selanjutnya dengan pemikirannya yang kritis dan kreatif manusia memikirkan dirinya sendiri, yaitu hakikatnya sebagai manusia. Hakikat manusia adalah makhluk Tuhan yang eksis dalam diri-pribadinya yang otonom, berjiwa-raga, dan berada dalam sifat hakikatnya sebagai makhluk individu yang memasyarakat). Pemaharnan tentang hakikat pribadi ini membuat manusia sadar akan adanya berbagai persoalan hidup yang justru bersumber dari kebutuhan dan kepentingan yang dituntut pemenuhannya bagi setiap unsur hakikat pribadinya itu. Kemudian ia sadar akan perlunya pemecahan segala masalah tersebut demi tercapainya tujuan hidupnya. Untuk itulah manusia selalu berusaha meningkatkan kualitas pemikirannya, dari yang mists-religius menuju ke ontologis-kefilsafatan, sampai akhirnya pada taraf yang paling konkret-fungsional.

Pemikiran yang mistis-religius (resepif) adalah menerima segala sesuatu sebagai kodrat Tuhan, di mana manusia tidak mungkin dan tidak perlu mengubahnya. Pemikiran yang konkret-fungsional bermakna bahwa dalam pemikiran itu terkandung suatu terobosan baru, yaitu adanya kreativitas penciptaan teknologi yang sedemikian rupa sehingga orang tidak harus mengikuti hukum alam, melainkan justru bagaimana hukum alam itu bisa dilampaui.

Pemikiran yang teknologis-fungsional sudah berkembang sampai ke taraf sosial budaya. Jalinan hubungan dengan sesama manusia telah berubah menjadi praktis, pragmatis, dan serba terbatas menurut tingkat keperluan minimal dengan ukuran utama kegunaan bagi diri pribadi. 

Penalaran merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Dalam pernyataan itu terdiri atas pengertian sebagai unsurnya yang antara pengertian satu dengan yang lain ada batas-batas tertentu untuk menghindarkan kekaburan arti.

Dalam proses pemikiran ini perlu dipelajari terlebih dahulu unsure-unsur dari penalaran yang pada umumnya bertitik tolak pada materi yang dibicarakan. Unsur disini bukanlah merupakan bagian-bagian yang menyusun suatu penalaran, tetapi merupakan hal-hal sebagi prinsip yang harus diketahui terlebih dahulu, karena penalaran adalah suatu proses yang sifatnya dinamis, tergantung pada pangkal pikirnya.

Dasar penalaran yang kedudukannya sebagai bagian langsung dari bentuk penalaran adalah pernyataan, karena pernyataan inilah yang digunakan dalam pengolahan dan perbandingan. Kalimat ada yang bermakna dan ada pula yang tidak bermakna, selanjutnya kalimat yang bermakna dibedakan menjadi lima jenis, yaitu kalimat berita, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, kalimat seru, dan kalimat harapan. Di antara jenis kalimat ini yang digunakan dalam logika adalah kalimat berita, karena kalimat berita dapat dinilai benar atau salah, sedangkan jenis-jenis kelimat yang lain tidak dapat dinilai benar atau salah.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusi pada hakekatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan maerasa dan berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Meskipun seperti yang dikatakan Pascal bahwa hatipun mempunyai logika tersendiri, dan perlu kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi setiap orang sifatnya relatif, oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk memperoleh kebenaran itu juga berbeda untuk setiap orang. Ciri-ciri penalaran adalah: 1) Adanya suatu pola berpikir yang secar luas yang disebut logika, yakni proses berpikir logis yang bersifat jamak (plural) bukan tunggal (singular): dan 2) Penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikir, artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang menggunakan logika ilmiah.

Berdasarkan kriteria penalaran tersebut, masih banyak pola berpikir yang tidak termasuk logis dan analitis, yaitu perasaan yang merupakan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Namun kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran, umpamanya intuisi. Prinsip dasar pernyataan dikemukan pertama kali oleh Ariestoteles yang terdiri dari tiga prinsip yaitu: 

1. Prinsip identitas, yang dikenal dalam bahasa latin dengan istilah Prinsipium identitatis. Prinsip ini berbunyi bahwa : sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri." Dengan kata lain, "sesuatu yang disebut P maka sama dengan P yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain."

2. Prinsip kontradiksi atau prinsipium contradictionis, menyatakan bahwa ; "sesuatu yang tidak sekaligus merupakan hal itu dan bukan hal itu pada waktu yang bersamaan" atau "sesuatu pernyataan tidak mungkin mempunyai nilai benar dan tidak benar pada saat yang sama." Dengan kata lain, "sesuatu tidaklah mungkin secara bersamaan merupakan P atau non P."

3. Prinsip eksklusi tertii atau prinsipium exclusi tertii adalah prinsip penyisishan jalan tengah atau prinsip tidak adanya kemungkinan ketiga. Prinsip ini berbunyi , "sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah," dengan kata lain bahwa ,"sesuatu x mestilah P atau non P, tidak ada kemungkinan ketiga." Arti dari prinsip ini adalah bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, msesilah hanya salah satu yang dapat dimilikinya, sifat P atau non P.

Di samping tiga prinsip yang dikemukakan oleh Ariestoteles di atas, seorang filsuf Jerman, Leibniz menambahkan satu prinsip lagi yang merupakan pelengkap prinsip identitas, yaitu prinsip cukup alasan (prinsipium rationis sufficientis) yang berbunyi: "suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu hal tertentu haruslah berdasarkan alasan yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa sebab-sebab yang mencukupi. Dengan kata lain bahwa : "sesuatu itu mestilah mempunyai alasan yang cukup, demikian pula jika ada perubahan pada keadaan sesuatu."

Manusia sebagai Mahluk yang Merasa

Perasaan dapat dirumuskan sebagai fungsi manusia untuk menghayati nilai suatu objek. Perasaan dapat juga diartikan sebagai suatu jenis aktivitas psikis dimana manusia langsung mengalami atau menghayati sebuah nilai. Secara umum perasaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Universal : perasaan terdapat dalam setiap penghayatan, perasaan dimiliki oleh setiap orang yang ada di dunia.

2. Subjektif: perasaan yang dialami oleh orang yang satu dengan orang lain berbeda, tergantung pada individu yang bersangkutan.

3. Labil:bersifat tidak tetap, dinamis, bergantung pada sebuah situasi yang dihadapi oleh orang yang bersangkutan.

4. Banyak nuansa/macamnya: sebegitu banyak nuansa/macamnya sehingga sering sukar dibedakan perasaan yang satu dari perasaan yang lain.

Pada dasarnya perasaan manusia ada dua hal pokok perasaan positif dan perasaan negative. Perasaan seperti ini sudah dimiliki oleh manusia sejak dia masuk dalam tahap perkembangan anak. Pada tahap anak, manusia hanya mengerti perasaan positif dan negative.  Melihat anak-anak, apabila hatinya merasa senang dia akan merespon seperti tertawa atau bahkan hanya tersenyum. Akan tetapi pada saat anak-anak merasa tidak senang dan apa yang dikehendakinya tidak dikabulkan oleh oleh lingkungan maka dia akan merespon yang negatif seperti menangis atau bahkan marah. Dalam perkembangannya manusia akan memasuki pada tahap remaja, dewasa dan lanjut usia. Pertambahan dalam usia diiringi dengan perkembangan perasaannya. Maka Sam R. Lloyd (1991:29) seorang tokoh psikologi menggolongkan perasaan manusia dalam empat hal pokok marah, sedih, senang, takut. Perasaan yang lain seperti jengkel, gugup, cemas, merasa bersalah, frustasi, bingung, dll. Merupakan sebuah kombinasi dari empat hal pokok yang terdapat dalam perasaan manusia.

Selain perasaan dalam diri manusia juga terdapat istilah emosi. Seringkali istilah emosi sedikit kabur dengan istilah perasaan. Bahkan para ahli psikologi pun masih belum dapat mendefiniskan kata emosi secara tegas masih banyak perdebatan mengenai arti emosi dan masih terdapat irisan antara makna emosi dan perasaan. Sehingga perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan yang kualitatif.

Dalam makna harafiahnya, Oxford English Dictionary mendifinisikan emosi sebagai setiap agitasi atau kekacauan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Saya sendiri mendefinisikan emosi adalah sebuah keadaan biologis dan psikologis yang membentuk rangkaian khas untuk bertindak. Mengapa saya berpendapat bahwa emosi merupakan sebuah keadaan biologis, bukan hanya keadaan psikologis saja. Alasannya adalah ketika manusia mulai merespon keadaan lingkungan dengan emosinya maka secara langsung kita dapat melihat keadaan biologisnya seperti nafas menjadi terengah-engah, denyut nadi mulai berdetak cepat, mata mulai membelalak dan masih banyak lagi respon biologis yang dapat kita perhatikan dari manusia yang merespon lingkungannya dengan keadaan emosi. Emosi dapat bersifat destruktif (menghancurkan) dan konstruktif (membangun), semua itu tergantung individu yang bersangkutan dan bagaimana individu tersebut mengolah pikirannya sehingga mampu membentuk sebuah emosi yang dikehendaki oleh individu tersebut.

Salah satu segi paling membahagiakan dalam berkomunikasi dengan orang lain adalah kesempatan untuk saling berbagi perasaan. Mengalami suatu perasaan dan mengungkapkannya kepada orang lain bukan saja merupakan sumber kebahagiaan melainkan juga merupakan salah satu kebutuhan demi kesehatan psikologis kita. Berbagi pengalaman dan perasaan memang hal yang biasa dan wajar, namun kita akan mengalami kesukaran kepada siapa kita akan membagikan pengalaman atau perasaan kita apalagi yang dibicarakan mengenai hal yang bersifat privasi. Salah satu kunci sukses agar kita dapat membagikan perasaan kita kepada orang lain adalah sikap saling percaya dan mau mendengarkan yang tidak sekedar mendengar saja melainkan mengerti perasaan yang dialami oleh lawan bicara kita. Dengan mengalami dan saling berbagi perasaan, berarti kita menciptakan dan mempertahankan persahabatan yang intim dengan sesama.

Dalam mengungkapkan perasaan tidak semata-mata manusia dapat langsung bisa mengungkapkan perasaan secara terbuka. Dalam mengungkapkan perasaan manusia perlu belajar agar apa yang kita ungkapkan sungguh dapat dimengerti oleh lawan bicara. Kemudian peranan perasaan sendiri dalam kehidupan manusia adalah membantu individu untuk mampu berkembang dengan menggunakan kemampuan interaksi interpersonal dan mampu berpikir secara postif. 

Manusia sebagai Mahluk yang Bertindak

Pandangan manusia satu dengan yang lainnya bergantung dari tindakan manusia tersebut. Inilah yang sering disebut sebagai pandangan secara objektif, dimana yang dipandang adalah objeknya, bukan subjektifitas manusia. Dan tindakan manusia pulalah yang menjadi objek dari kajian moral. Syarat utama tindakan manusia bisa dikatakan bersifat moral yaitu ada kesukarelaan (voluntariness) dan kebebasan (freedom). Paparan lebih lanjut akan mengulas mengenai syarat moral tadi dan hal-hal apa saja yang mengurangi sifat moral.

Sebelum masuk ke dalam konteks yang lebih jauh, konsep dasar pengertian actus humanus (tindakan manusia) dan actus hominis (tindakannya maniusia) harus kita pahami terlebih dahulu. Actus hominis adalah apa saja perbuatan manusia yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan actus humanus adalah perbuatan yang memenuhi syarat tertentu agar dapat disebut sebagai tindakan yang dilakukan oleh manusia. Yang memenuhi syarat sebagai tindakan moral adalah actus humanus.

Tindakan manusia (actus kumanus) adalah perbuatan manusia yang dilakukan dalam keadaan bebas dan rela, tahu dan setuju, sadar dan punya kontrol, serta dalam dua keadaan sekaligus yaitu dapat melakukan atau tidak dapat melakukan perbuatan itu. Dari definisi tersebut, dapat kita peroleh empat ketentuan apakah suatu perbuatan dapat dikategorikan sebgai tindakan manusia. Keempat keadaan tersebut adalah :

a. Bebas dan rela

Sifat ini menyatakan bahwa manusia / pelaku dalam keadaan bebas dan rela untuk melakukan atau tidak melakukan. Dengan kata lain sejauh mana pelaku tanpa paksaan dan juga apa dia rela untuk melakukan tindakan itu.

b. Tahu dan setuju

Dalam hal ini, seseorang memberikan persetujuan atas apa yang dia lakukan. Persetujuan yang dimaksud adalah seseorang tersebut mau dan setuju untuk melakukan perbuatan tertentu.

c. Sadar dan punya kontrol

Syarat ini mau menegaskan mengenai syarat yang kedua, bahwa orang itu sungguh tahu dan setuju mengenai apa yang dilakukannya. Artinya bahwa seseorang dalam keadaan sadar ketika ia tahu dan setuju, bukan dalam keadaan misalnya mabuk, penuh emosi,nafsu, dll.

d. Dalam dua keadaan(dapat dan tidak dapat melakukan)

Syarat keempat menyatakan bahwa seseorang dalam keaadaan dapat menentukan pilihan. Seseorang dapat melakukan perbuatan tertentu atau tidak melakukan perbuatan tersebut.

2. Kesukarelaan

Tindakan sukarela adalah bahwa seseorang melakukan suatu hal dan dia mengetahui, setuju serta bersedia untuk melakukan hal tersebut. Kesukarelaan dalam bertindak dapat dipandang berdasarkan tingkat pengetahuan dan persetujuan seseorang yang tentu berbeda-beda, yaitu :

a. Kesukarelaan tindakan sempurna

Seseorang yang melakukan tindakan benar-benar mengetahui dan sekaligus memberi persetujuan sepenuhnya atas tindakannya.

b. Kesukarelaan tindakan tidak sempurna

Seseorang hanya mengetahui sebagian mengenai tindakannya dan tidak memberi persetujuan secara penuh.

Kesukarelaan juga dapat dipandang karena kedudukannya sebagai sebab akibat, yaitu:

a. Sukarela langsung

Yaitu suatu tindakan yang dilakukan sesuai dengan apa yang dituju dan demi tindakan itu sendiri.

b. Sukarela tidak langsung

Suatu tindakan yang dilakukan dan merupakan akibat dari tindakan sukarela langsung. Tindakan sukarela tidak langsung sebenarnya juga tindakan sukarela langsung, akan tetapi ada unsur keharusan, sebab akibat, dan lain-lainya yang berasal dari tindakan sukarela langsung.

Suatu tindakan yang didasari dengan tanggungjawab dapat dipastikan mempunyai suatu akibat. Dimana hasil tersebut kadang mempunyai nilai ganda, yang mana ada akibat baik dan buruknya. Abibat ganda ini, walaupun mempunyai nilai buruk karena berakibat ganda, akan tetapi dapat dipandang baik secara moral dengan memenuhi syarat sebagai berikut :

* Tindakan tersebut baik dipandang dari segi moral.

* Akibat buruk bukan menjadi tujuan serta motivasi.

* Ada suatu alasan kuat untuk mendasari suatu tindakan yang berakibat ganda.

3. Kebebasan

Pengertian dari kebebasan lebih tepatnya diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang dapat menentukan dirinya sendiri serta apa yang akan dilakukan, baik secara individu maupun dalam kehidupan sosialnya.

a. Kebebasan sosial

Kebebasan sosial diartikan sebagai kebebasan yang dialami oleh manusia dalam kaitannya dengan hidup bersama-sama sebagai bagian dari suatu kelompok yang kita kenal dengan istilah masyarakat. Subjek kebebasan sosial dapat berupa manusia itu sendiri, masyarakat, organisasi, bahkan negara.

b. Kebebasan individu

Kebebasan individu diartikan sebagai kebebasan yang dihayati oleh seseorang sebagai indidu orang tersebut. Tedapat beberapa tingkatan dalam kebebasan individu, yaitu :

* Kebebasan individu dihayati sebagai kesewenang-wenangan. Dalam hal ini, kebebasan diartikan bahwa seseorang dapat melakukan tindakan apa saja,sesuai dengan apa yang dia inginkan. Kebebasan seperti ini hanya berada dalam taraf perasaan saja, belum sepenuhnya dalam keadaan bebas.

* Kebebasan individu dihayati sebagai kebebasan fisik. Kebebasan seperti ini diartikan sebagai seseorang yang secara fisik dalam keadaan bebas karena seseorang tersebut dapat menggerakkan fisiknya sesuai keinginannya.

* Kebebasan individu dihayati secara yuridis. Kebebasan seperti ini dipandang bahwa seseorang dikatakan bebas jika seseorang tersebut telah memenuhi syarat-syarat hukum.

* Kebebasan dihayati sebagai kebebasan psikologis. Kebebasan psikologis diartikan sebagai kebebasan seseorang untuk menentukan pilihan-pilihan mengenai apa yang akan dilakukan berdasarkan akal budi seseorang tersebut, yang akan menuntun seseorang untuk dapat memilih mana tindakan yang baik dan mana yang buruk.

* Kebebasan individu dihayati sebagai kebebasan moral. Kebebasan seperti ini diartikan bahwa seseorang yang bebas melakukan tindakan tanpa dibatasi atau dipaksa oleh larangan serta kewajibannya, akan tetapi lebih didasari oleh karena apa yang menjadi pilihan sendiri secara sadar.

* Kebebasan individu dihayati sebagai kebebasan eksistensial. Kebebasan seperti ini adalah kebebasan dimana seluruh pribadi atau seluruh eksistensi seseorang. Kematangan dan keutuhan suatu pribadi menjadi syarat utama untuk kepribadian ini.

4. Faktor Yang Mengurangi Kualitas Moral Tindakan Manusia

Paparan di atas tadi adalah mengenai tindakan manusia yang mempunyai kualitas moral yang baik. Tentu saja ada juga faktor-faktor yang mengurangi kualitas moral dari tindakan manusia, yaitu :

a. Ketidaktahuan

Ketidaktahuan dapat dipandang dalam konteks dapat diatasi maupun tidak dapat diatasi. Ketidaktahuan yang dapat diatasi dikatakan tidak mengurangi kualitas moral atas tindakannya, akan tetapi tanggungjawab atas tindakannya harus tetap diterima. Sedangkan ketidaktahuan yang tidak dapat diatasi adalah ketidaktahuaan yang mengurangi kuaalitas moral karena seseorang bertindak di atas hal yang tidak dia ketahui.

b. Emosi dan Nafsu

Dalam kaitannya nafsu serta emosi dengan kualitas moral, juga dibedakan menjadi dua hal. Yang pertama, emosi dan nafsu muncul secara spontan. Emosi dan nafsu yang muncul secara spontan tidak dapat dikatan mempunyai kualitas moral. Hal ini dikarenakan tidak ada kebebasan dan kerelaan yang didasari akal budi seseorang untuk memilih atau menolak bertindak.

Yang kedua, emosi dan nafsu muncul karena adanya usaha serta rangsangan yang disengaja oleh seseorang. Terdapat kebebasan dan kerelaan individu untuk memilih atau menolak tindakan tersebut.

c. Ketakutan

Ketakutan dikatakan mengurangi kualitas moral seseorang karena dengan adanya ketakutan dalam bertindak, syarat kebebasan dan kerelaan tidak terpenuhi. Padahal, kebebasan dan kerelaan menjadi syarat jika suatu tindakan manusia dikatakan mempunyai kualitas moral.

d. Kekerasan

Kekerasan mengurangi kualitas moral seseorang dikarenakan adanya ketidak bebasan dan ketidak relaan seseorang dalam bertindak.

e. Kebiasaan

Kebiasaan dikatakan mengurangi kebebasan serta kerelaan tindakan seseorang jika kebiasaan tersebut hanya sekedar mengulang dari tindakannya yang sudah-sudah dan dilakukan dalam keadaan tidak sadar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun