Jalan boleh kembali sunyi.
Tapi gema itu tidak akan padam.
Setiap langkah yang pernah tertahan,
setiap tubuh yang terhenti mendadak di aspal,
meninggalkan jejak yang tak bisa dihapuskan.Di balik dentum kendaraan taktis,
ada kehidupan sederhana yang diremukkan.
Bukan sekadar seorang anak bangsa,
melainkan wajah kita semua
yang bekerja, yang berpeluh,
yang hanya ingin hidup dengan wajar.Tangis bukan lagi hanya tangis.
Ia adalah teriakan yang disamarkan oleh doa,
ia adalah keberanian yang dipupuk dalam duka.
Luka ini milik bersama,
dan justru dari luka itu tumbuh kekuatan.
Karena kedaulatan tidak pernah tunduk
pada roda baja, pada benturan, pada represi.
Kedaulatan bersemayam di dada rakyat,
dan setiap nyawa yang gugur
menyalakan api yang lebih besar lagi.Sejarah menulis dengan tinta yang getir,
tetapi juga dengan tinta merdeka.
Di sana terpatri nama-nama yang kita jaga,
bukan sekadar untuk dikenang,
tetapi untuk diteruskan suaranya.Selama rakyat masih berani bersuara,
selama hati menolak dibungkam,
setiap kehilangan akan berubah
menjadi alasan untuk melangkah lebih tegapKarena kedaulatan masih di tangan rakyat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI