Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Aku suka menulis apa saja yang singgah di kepala: fiksi, humaniora, sampai lyfe writing. Kadang renyah, kadang reflektif, dan selalu kuselipkan warna. Seperti hidup: tak satu rasa, tetapi selalu ada makna.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Kedaulatan di Tengah Duka

30 Agustus 2025   15:48 Diperbarui: 31 Agustus 2025   16:25 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap coretan kisah adalah bukti bahwa suara rakyat tidak akan padam. Kedaulatan bersemayam di dada kita. (Foto: Logan Weaver/Unsplash)

Jalan boleh kembali sunyi.
Tapi gema itu tidak akan padam.
Setiap langkah yang pernah tertahan,
setiap tubuh yang terhenti mendadak di aspal,
meninggalkan jejak yang tak bisa dihapuskan.

Di balik dentum kendaraan taktis,
ada kehidupan sederhana yang diremukkan.
Bukan sekadar seorang anak bangsa,
melainkan wajah kita semua
yang bekerja, yang berpeluh,
yang hanya ingin hidup dengan wajar.

Tangis bukan lagi hanya tangis.
Ia adalah teriakan yang disamarkan oleh doa,
ia adalah keberanian yang dipupuk dalam duka.
Luka ini milik bersama,
dan justru dari luka itu tumbuh kekuatan.

Karena kedaulatan tidak pernah tunduk
pada roda baja, pada benturan, pada represi.
Kedaulatan bersemayam di dada rakyat,
dan setiap nyawa yang gugur
menyalakan api yang lebih besar lagi.

Sejarah menulis dengan tinta yang getir,
tetapi juga dengan tinta merdeka.
Di sana terpatri nama-nama yang kita jaga,
bukan sekadar untuk dikenang,
tetapi untuk diteruskan suaranya.

Selama rakyat masih berani bersuara,
selama hati menolak dibungkam,
setiap kehilangan akan berubah
menjadi alasan untuk melangkah lebih tegap

Karena kedaulatan masih di tangan rakyat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun