Putri tidak bisa bicara. Bibirnya terkatub rapat. Ia semakin yakin, hadiah dari Dite selalu bermakna dalam. Seperangkat alat shalat! Biasanya kalimat itu ada pada ujung rangkaian sebagian besar orang yang menikah, .... dengan maskawin cincin seberat sekian gram dan seperangkat alat shalat dibayar tunai! Sah! Sah!
Radite diam mengamati putri yang semakin tertunduk. Matanya terasa panas.
“Putri, maafkan Dite ya....”
“Nggak ada yang salah Dit.”
“Put... aku ingin suatu saat, ketika kita dewasa, cukup umur, semuanya menjadi kenyataan. Di penghujung kita lulus SMA, inilah hari yang penting aku menyatakan cinta padamu Putri.....”
Speechless. Putri diam. Gadis itu kehilangan kata-kata. Radite yang ia kenal sejak awal dengan perhatiannya, hari ini benar-benar telah memberikan kalimat nyata. Pernyataan cinta. Kalimat yang biasanya hanya ia peroleh dari terjemahan sikap. Kali ini ia mendengarkan langsung.
“Putri ....... bicaralah.... “
“Nggak.”
“Kalau begitu, menggelenglah .... atau mengangguk Putri....”
Hingga beberapa jenak suasana hening. Putri melirik mata Radite sekilas. Gadis itu merasa mukanya panas. Perlahan Putri mengangguk.
Alhamdulillaaah.... , Radite bergumam sambil menelungkupkan wajahnya di meja hingga beberapa lama. Putri terdiam. Benar, ia tak bisa berkata apa-apa. Ia melihat Radite begitu bahagia.