Dara menahan air matanya. Di halaman berikutnya ada puluhan gambar---sketsa dirinya, sepeda mereka, langit sore, dan bangku itu. Gambar yang tak pernah sempat dikirimkan.
Sore itu, Dara duduk lebih lama. Membuka setiap halaman, mengenang setiap cerita. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia tidak lagi merasa bersalah. Ia merasa damai.
Malam mulai turun. Dara berdiri, menggenggam buku itu erat. Ia tahu, sepulang dari sini, ia akan menulis. Bukan hanya untuk Rega, tapi untuk semua kenangan yang sempat terlupakan.
Karena ternyata, beberapa kenangan memang tak harus dihindari. Mereka hanya menunggu waktu untuk dikenang kembali---di bawah langit jingga, di ujung jalan kecil yang penuh cerita.
Kesimpulan:
Cerpen ini mengajak pembaca merenung tentang pentingnya mengenang masa lalu dan berdamai dengan kehilangan. Kenangan, meski pahit, bisa menjadi jembatan menuju kedamaian jika kita berani menatapnya kembali.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI