"Pak, nek kenek virus iku iso mati kah?" ibunya bertanya kembali.
"Pak, kalau kena virus itu bisa mati ya?"
"Hus, ngomong opo to bu." Kelit suaminya.
"Onok opo pak?" Sahut istrinya yang sedari tadi menguping pembicaraan.
"Ada apa pak?"
"Kurnia loro bu."
"Kurnia sakit bu."
"Astaghfirullahaladzim, Kurnia kenopo pak." Ibunya yang kaget mendengar anaknya sakit, tiba-tiba tak sadarkan diri.
Suaminya yang sontak terkaget. Kemudian berusaha sebisa mungkin.
Beberapa jam setelah telepon itu. Warga sekitar telah beramai-ramai berkumpul di depan bibir jalan. Ibunya yang masih menggunakan mukena putih dan bersih duduk di depan pintu. Memandang jalan, dengan keadaan pasrah.
Desir angin berhembus, meniup air mata yang tak kunjung mengering. Mukena putih itu kini basah berliang air mata. Ia hanya menatap tak berdaya. Suaminya memeluk erat sambil menahan tangis.
"Sabar bu. Sabar..." Suaminya terus memeluknya.
"Anak'e pak... Anak'e. Duh Gusti."
"Anaknya pak.. anaknya. Ya Tuhan."